Karirnya kemudian membawanya menjadi pemimpin redaksi Jawa Pos di Surabaya menggantikan Dahlan Iskan. Selanjutnya, Margiono merambah Jakarta dan mendirikan surat kabar Rakyat Merdeka.
Terakhir, Margiono adalah direktur utama Rakyat Merdeka Group yang membawahi beberapa media. Di antaranya Lampu Merah (pada 2008 berubah menjadi Lampu Hijau), Banten Pos, Non Stop, Bollywood, Haji, Satellite News, Tangsel Pos, Tangerang Pos, Job Vacancies (Loker), RM Books Publisher, dan Majalah Biografi Politik Rakyat Merdeka berikut versi online nya.
Obrolan terakhir saya dengan Pak MG berlangsung sekitar Januari tahun lalu. Saat itu, saya meminta Pak MG menceritakan kisahnya tentang Pak Soeparno Wonokromo, CEO Sumatera Ekspress Palembang yang baru saja wafat.
Pak MG dan Pak Parno memang dekat. Sama-sama merintis karir di Jawa Pos bersama Pak Dahlan Iskan. Keduanya juga dikenal sebagai dua dari The Seven Samurai, tujuh “pendekar” di jajaran Jawa Pos Grup yang sukses dan tangguh mengembangkan media di area masing-masing.
Namun dengan Pak Parno, Pak MG memang ada kedekatan khusus. Keduanya suka mendalang dan sangat suka dengan kisah-kisah perwayangan.
Namun saat itu, Pak MG mengaku dia tidak seserius Pak Parno yang belajar dalang sampai ke masternya, Ki Manteb.
”Saya sih karena dalangnya main-main saja,” ujarnya sambil tertawa.
Kini, wartawan yang tidak ada takutnya itu telah berpulang. Semoga beliau berdua kini bisa mendalang lagi bersama di Swarga Loka.
Selamat Jalan Pak Margiono..
Innalillahi wainnailaihirojiun..(*)