Oleh: Dahlan Iskan
Jumat, 25 February 2022
BAGI Rusia, besarnya biaya perang akan bisa tertutup oleh kenaikan harga minyak dan gas akibat perang itu sendiri.
Bagi Jerman, Prancis, Inggris, dan sekutu: biaya perang dari mana?
Mereka harus rapat dulu. NATO harus bersidang.
Amerika Serikat, di zaman Presiden Donald Trump pernah ngomel: biaya untuk NATO kurang dibebankan secara merata. Ia tidak mau biaya NATO terlalu dibebankan pada Amerika.
Di zaman Presiden Barack Obama, NATO tidak berbuat banyak: ketika Semenanjung Krimea diambil Rusia dari Ukraina.
Di zaman Presiden Biden, dua wilayah lain Ukraina menyatakan diri merdeka –didukung Rusia. Dua hari lalu.
Sampai tulisan dibuat tadi malam, NATO belum bersidang. Padahal bom sudah mulai jatuh di beberapa lokasi militer di Ukraina. Menjelang subuh kemarin. Termasuk di bagian tertentu ibu kota Kiev.
Mungkin itu karena Ukraina memang belum anggota organisasi pertahanan Atlantik Utara. Ukraina sudah terus mendesak: agar segera diterima sebagai anggota NATO. Tapi Rusia keberatan –dengan ancaman– kalau bekas wilayah strategisnya itu bergabung ke musuh lamanya.
Tanpa nuklir dan tanpa NATO Ukraina bukan siapa-siapa. Ia bukan negara yang mampu mempertahankan diri.
Teoretis Rusia bisa menyerangnya kapan saja –dengan alasan apa saja. Setelah pisah dari Soviet, Ukraina dinilai terlalu genit: mau bergantung ke Barat.