Kebetulan, saat Roby terpilih sebagai bupati, 60 alumni Israel sudah pulang. Mereka tiga tahun di Israel: belajar pertanian lahan kering. Salah satunya adalah mendalami sistem irigasi air menetes.
\"Saya sendiri sekarang sudah bisa membuat sistem irigasi air menetes,\" ujar Roby. \"Saya belajar dari anak-anak lulusan Israel itu,\" katanya.
Sikka beruntung punya banyak tokoh nasional. Sejak dulu –sejak zaman Frans Seda menjadi menteri keuangan Orde Baru. Gories Mere, jenderal polisi itu, juga dari Sikka. Gories-lah yang menyekolahkan anak-anak Sikka ke Israel.
Roby sendiri ikut berkebun vanili. Ia sudah berhasil menanam 30.000 pohon vanili. Tersebar di beberapa kecamatan. Sebagai contoh bagi rakyatnya.
Dengan sistem irigasi seperti itu tidak banyak air diperlukan. Semua tanaman dilewati pipa yang diberi lubang. Air menetes hanya di pokok setiap tanaman.
Teknologi melubangi pipa inilah yang ditemukan Israel. Yang sulit ditiru begitu saja. Salah membuat lubang airnya mengucur –bukan menetes. Cobalah kalau bisa.
Semua tanaman unggulan dari Sikka akan dikerjakan pakai teknologi baru seperti itu. Termasuk pala dan lada. Dengan itulah Roby ingin mengubah Sikka –kabupaten paling kering di antara seluruh kabupaten di Flores yang kering.
Justru ketika sudah menemukan cara baru itu, Roby dikejutkan dengan kreativitas rakyatnya. Ada satu petani di Sikka yang bisa menanam vanili tanpa irigasi apa pun. Vanili itu tetap subur di musim paling kering sekali pun.
Caranya?
\"Ia menanam vanili di dekat pohon Kamboja Hutan. Vanilinya merambat di pohon itu. Dapat air dari pohon itu,\" kata Roby.
Pohon Kamboja Hutan memang banyak tumbuh di Sikka. Rupanya itulah salah satu pohon yang mampu bertahan di tanah yang sangat kering.
Nama petani: Fery, dari Desa Uma Uta, Kecamatan Bola.