DISWAY: Mati Hidup

Kamis 10-03-2022,00:00 WIB

Di Pilkada lalu Roby memang punya modal nama. Ayahnya itu adalah bupati Sikka tahun 1998. Sebelum itu pun sang ayah sudah menjadi ketua DPRD.

Sang ayah memang pernah menjadi ketua Golkar Sikka. Yang di Pemilu terakhir Orde Baru bisa membuat Golkar menang 97 persen –hanya karena tidak pantas kalau menang 100 persen.

Tidak lama setelah menyemangati Roby, sang ibu juga meninggal dunia. \"Istri saya yang bekerja keras berkampanye. Keliling dari desa ke desa,\" ujarnya.

Dari tingginya dukungan untuk calon independen saja ia yakin kali itu akan menang. \"Saya hanya ingin membangun Sikka,\" ujarnya.

Tekad itulah yang membuat Roby, begitu lulus STPDN di Jatinangor,  balik ke Sikka.

Biar pun dengan hati yang penuh luka.

\"Pacar tidak mau saya ajak pulang ke Sikka. Padahal saya ingin sekali  kawin dengan dia dan pulang ke Sikka,\" ujar Roby.

Pacarnya itu gadis Sukabumi. Ia jatuh hati berat dengan gadis itu.

Sepulang di Sikka Roby jadi pegawai negeri rendahan di sana. Latar belakang keluarganya yang tokoh Golkar tidak lagi menguntungkannya.

Ia pun ingin menutup luka itu secara permanen. Ia minta siapa saja –terutama keluarga besarnya– untuk mencarikan ia istri. Siapa saja. Yang penting baik hati dan mau tinggal di Sikka.

Salah satu keluarganya kenal dengan gadis asal salah satu desa di Kediri. Dari keluarga amat miskin. Tidak lagi punya ayah dan ibu. Ia lagi bekerja di Bali.

\"Kami diperkenalkan. Lewat telepon. Lalu kami saling menelepon. Tiga bulan kemudian dia mau dibawa ke Sikka,\" ujar Roby. Di Sikka-lah mereka menikah –secara Katolik. Pasangan itu kini sudah punya 4 anak –salah satunya sudah jadi dokter.

Tidak hanya kopra putih. Roby juga mengubah cara menanam vanili. Perubahannya sangat radikal. \"Di Sikka kami sudah menggunakan drip irrigation,\" ujar Roby. Berarti inilah pertanian vanili dengan sistem irigasi air menetes yang pertama di Indonesia.

Tags :
Kategori :

Terkait