Sehingga wacana penundaan Pemilu 2024 bedasarkan suara dari rakyat Indonesia. Dia menegaskan pihaknya punya big data. Dari big data itu 110 juta itu bisa bermacam-macam. Antara lain Facebook dan Twitter.
Menurut Luhut, dari big data tersebut masyarakat kelas menengah ke bawah menginginkan jangan ada kegaduhan politik di Indonesia akibat Pemilu 2024.
Bahkan masyarakat takut adanya pembelahan seperti di Pilpres 2019 lalu yang muncul istilah ‘kecebong’ dan ‘kampret’.
Selain itu, Luhut mengungkapkan dari big data itu masyarakat juga tidak ingin Indonesia dalam keadaan susah akibat pandemi COVID-19, malah menghamburkan uang demi penyelenggaran Pemilu 2024.
Pemilu dan Pilkada serentak 2024 diperkirakan bisa menghabiskan anggaran negara sebesar Rp 110 triliun.
Karena itu, lanjut Luhut, seharusnya partai-partai politik bisa menangkap aspirasi dari masyakat tentang keengganan Pemilu 2024 diselenggarakan. (fin/zul)