DISWAY: Kakak Sofwati

Minggu 20-03-2022,00:00 WIB

Kelak, dari kakak sulung saya dengar: Mas Husein diangkat jadi pegawai negeri dengan tempat tugas di Jambi.

Mbak Sofwati ditinggal dulu di Madiun –belum bisa ikut pindah karena terikat sebagai guru agama di SDN Negeri di Madiun.

Dari kakak sulung pula saya mendengar mbak Sofwati meninggal dunia. Di Jambi. Kabar duka itu baru sampai ke Samarinda hampir sebulan kemudian. Surat lewat pos adalah satu-satunya alat komunikasi saat itu. Sebenarnya ada juga telegram. Yang bisa sampai dalam sehari. Tapi saya tidak tahu mengapa hanya disampaikan lewat surat. Kalau pun ditelegram, toh tidak ada yang bisa melayat ke Jambi.

Kelak, lebih 30 tahun kemudian, saya ke Jambi. Bikin perusahaan di Jambi. Kepada teman-teman di Jambi saya ceritakan: saya punya kakak yang dimakamkan di Jambi. Tapi saya tidak tahu di mana. \"Suaminyi bernama Husein Roni. Pegawai kantor agama,\" kata saya. Tidak ada informasi lain lebih dari itu.

Ajaib. Teman-teman bisa menemukan makam kakak saya: di pinggir jalan besar menuju ke Bandara Jambi. Dalam kunjungan berikutnya ke Jambi, saya ziarah ke makam kakak saya itu.

Mas Husein sendiri –minggu lalu saya baru tahu– tidak lama di Jambi. Setelah kakak meninggal ia minta pindah tugas ke kampung halamannya di OKU. Ia pulang kampung dengan anak tunggalnya yang baru berumur 3 tahun.

Sampai puluhan tahun berikutnya kami tidak berhubungan lagi dengan Mas Husein. Dari Dik Udin, saya dengar Andi menghilang dari rumah orang tua di OKU. Adik saya tahu itu. Mas Husein menghubungi adik: apakah Andi yang masih remaja kecil itu lari ke Magetan. Tidak.

Pekan lalu, ketika saya diundang makan malam di rumah bupati OKU, saya kaget. Senang. Seorang staf protokol bupati berbisik ke saya: \"Pak Husein, ipar bapak, mau bertemu\".

\"Anda tahu beliau? Tinggal di kota ini?\" tanya saya.

\"Beliau di Simpang Duo, Kabupaten OKU Selatan. Tapi hanya dua jam dari Baturaja ini. Asal bisa bertemu beliau mau berangkat ke sini,\" katanya.

Tentu saya mau sekali. Apalagi, putri beliau, dari istri sambungan, tinggal di Baturaja.

Keesokan paginya, seusai senam dan kuliah umum di Universitas Mahakarya, saya ke rumah putri Mas Husein itu. Beliau sudah di rumah itu. Menyambut saya di halaman. Sebenarnya saya agak pangling dengan beliau. Tapi dari postur tubuhnya saya yakin itulah Mas Husein yang muda dulu. Saya peluk ia. Erat sekali. Lama sekali.

Tags :
Kategori :

Terkait