Maka sikap Ade yang sangat pro-pemerintah itu menimbulkan tanda tanya besar:
- Apakah itu karena pemerintah dianggap sejalan dengan misi Islam liberal?
- Apakah karena ia menjadi bagian dari buzzer –yang di dalamnya ada versi buzzeRp?
Saya tidak kenal dekat dengannya. Tapi dari penampilan sehari-harinya Ade tidak terlihat seperti OKB yang mendadak punya banyak uang. Tidak terlihat pula sosok yang hedonis. Pakaiannya, mobilnya, rumahnya, biasa-biasa saja.
Banyak orang Minang yang menganggap Ade kebablasan –sampai mengguncangkan tigo tungku adat sukunya.
Tapi di Minang sebenarnya memang biasa orang berpikir kritis. Iklim intelektual di sana memungkinkan. Sejak dulu. Sampai pun lahir tokoh legendaris seperti Tan Malaka yang sangat kiri.
\"Tapi umumnya orang Minang tetap menjaga keseimbangan tiga tungku itu,\" kata pengamat tadi. \"Yang paling berani pun, mungkin hanya sampai tingkat 60,\" tambahnya. \"Tingkat Ade ini sudah 90 atau 100,\" katanya.
Artinya: apa yang ada di pikiran Ade 100 persen ia ucapkan. Tidak ada yang disembunyikan. Tidak ada yang dicadangkan untuk tenggang rasa. Pun kalau itu menyangkut agama dan alim ulama.
Tapi dalam hal Saifuddin, Ade mengecam pendeta Kristen lulusan pesantren asal Bima itu. \"Saifuddin itu dungu dan bodoh,\" kira-kira begitu pendapatnya. \"Seharusnya Saifuddin hanya mengusulkan perbaikan tafsir Quran. Bukan menghapus 300 ayat Quran-nya,\" ujarnya di suatu acaranya.
Ade juga tidak setuju penilaian Saifuddin bahwa pesantren sarang terorisme. \"Mayoritas pesantren itu NU. Dan NU sangat moderat,\" katanya. \"Kalau toh ada yang ekstrem itu minoritas,\" tambahnya.
Aneh, kata Ade, Saifuddin mengelu-elukan menteri agama sebagai orang yang moderat, tapi menilai pesantren sarang ekstremis. \"Padahal menteri agama lulusan pesantren,\" ujar Ade.
\"Di mana logika pendeta Saifuddin,\" katanya.
Ade memang selalu mengibarkan bendera logika. Kalau pun sering kontroversial itu demi menegakkan hukum logika. Bahkan di channel-nya ia sudah melakukan disclaimer: yang tidak punya logika tidak usah menontonnya.
Maka di zaman medsos ini, di antara aktivis Islam Liberal, Ade lah yang kini paling menonjol. Ia gigih terus memperjuangkan jalan itu –atas nama intelektual dan bukan atas nama JIL.
Denny J.A., tokoh jajak pendapat dan sastrawan puisi esai terkenal itu, juga masih sering menulis dengan misi yang sama. Tapi tidak sefrontal Ade Armando.
Ulil Abshar Abdalla yang pernah jadi Ketua JIL, kini lebih sibuk jadi kiai mengajarkan Ihya Ulumuddin-nya filsuf Imam Al Ghazali.
Jadi, siapa yang mengeroyok Ade Armando sampai bonyok?