Johannes Kitono
Membaca Disway itu seperti minum Narkoba. Tingkat ketergantungannya tinggi. Kalau sedang baca atau tulis komentar bisa lupa anak isteri. Disway mungkin satu satunya media yang sangat demokratis di Indonesia . Membebaskan para pembaca mengkadrun dan mencebongkan juragan Disway tanpa kena sensor atawa blokir. Tapi ternyata itu membuat sang juragan resah dan ngambek mau pensiun. Atau pura pura resah sekedar mau Tes Air saja. Now para pembaca khususnya komentator yang resah. Kalau Disway tanpa juragan DI apakah masih enak dibaca. Anda pasti sudah tahu jawabannya.
Tikto Priharnomo
Abah jgn pensiun kecuali \'alam\' yg memaksakan pensiun, mereka yg tdk \'hormat\' dgn tulisan Abah biarin saja, mereka ini gerombolan org2 yg hanya punya nafsu ingin di senangkan, tulisan ttg AA sdh proporsional (krn sdh dimuat pro dan kontra nya), kalau mereka nggak mau baca lagi tulisan Abah menurut saya malah bagus, nantinya akan ada seleksi alam bahwa yg hanya ingin disenangkan hatinya bukanlah tipe manusia yg baik utk di ajak bergaul.
mzarifin umarzain
Semoga jadi kadrun yg pro faqir miskin, terbuka, damai, bebas, adil, patriotik, pancasilais, bernkri, konstitusionalis, win2 solution.
sipaka souvenir
Pensiun aja bah dari disway Setelah itu buatlah disRoad
Nurkholis Marwanto
Saya tidak yakin Abah benar-benar pensiun. Meskipun akhirnya kepercayaan disway terus menurun. Abah akan terus mencari cara memulihkan kepercayaan. Karena jiwa Abah ya menulis, ya wartawan. Wartawan kalau sudah senior tingkatannya sudah seperti Ilmuan profesor. Terus berpikir. Saya hanya bisa membayangkan, bagaimana benar-benar pensiun mau jadi apa. Politisi?