Antisipasi Serangan Jamur dan Jatuhnya Harga Pakan, Petani Alihkan Lahan Jagung ke Cabai
Antisipasi Serangan Jamur dan Jatuhnya Harga Pakan, Petani Alihkan Lahan Jagung ke Cabai--
MUARO JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID- Peralihan musim dari kemarau ke musim hujan tak hanya membawa perubahan cuaca, tetapi juga menggoyang strategi tanam para petani di sejumlah wilayah.
Di Kecamatan Sekernan, Kabupaten Muaro Jambi, perubahan pola tanam mulai tampak jelas, hamparan jagung yang dulu mendominasi kini perlahan berganti warna dengan tanaman cabai merah yang baru disemai.
BACA JUGA:Tingkatkan Pelayanan Kesehatan, Dinkes Tanjabtim Awasi Puskesmas Lewat CCTV
Langit Desa Bukit Baling, yang semula menjadi saksi geliat panen jagung beberapa bulan lalu, kini memperlihatkan pemandangan baru. Di sela embusan angin lembap dan aroma tanah basah, para petani tampak sibuk menanam bibit cabai, menancapkan harapan baru di musim penghujan yang baru saja tiba.
BACA JUGA:Banyak Aduan Soal BBM Pertalite, Kementerian ESDM cek Kualitas BBM di SPBU Surabaya dan Gresik
Musim Berubah, Strategi Petani Pun Bergeser , Khairul Tamrin, seorang petani yang telah mengelola lahan di Bukit Baling selama lebih dari sepuluh tahun, mengakui bahwa keputusan beralih dari jagung ke cabai bukan tanpa alasan. Cuaca yang semakin tak menentu membuat tanaman jagung menjadi rentan terserang jamur, terutama pada musim hujan seperti sekarang.
BACA JUGA: 2.181 Honorer di Pemkot Diangkat Jadi PPPK Paruh Waktu Tahun 2025
“Jagung itu kalau sudah terlalu lembap, jamur gampang menyerang. Begitu kena jamur, hasilnya turun, harga juga ikut jatuh. Jadi daripada rugi, kami beralih ke cabai,” ujar Khairul.
Selain faktor cuaca, Khairul juga mempertimbangkan harga jual. Dalam beberapa musim terakhir, harga jagung pakan di tingkat petani cenderung stagnan, bahkan sempat merosot akibat pasokan melimpah dan daya serap pasar yang lemah.
BACA JUGA:Kasus Dugaan Korupsi Dinas PU, KPK Panggil Bupati hingga Ketua DPRD OKU
Di lahan seluas satu hektare, Khairul dan beberapa petani lain mulai menanam bibit cabai dengan harapan panen pada Januari hingga Februari 2026. Mereka memperkirakan hasil panen bisa mencapai setengah ton hingga satu ton per hektare, tergantung pada kondisi cuaca dan intensitas perawatan.
“Kalau harga cabai bisa bertahan di Rp40 ribu per kilogram saja, petani sudah bisa tersenyum. Tapi yang paling penting, kami butuh jaminan harga agar tidak merugi,” katanya.
Namun, menanam cabai bukan tanpa risiko. Tanaman ini memerlukan perhatian ekstra—dari pengairan, penyemprotan, hingga pemupukan rutin. Serangan hama seperti kutu daun dan lalat buah juga bisa menjadi momok jika pengawasan lalai. “Cabai itu ibaratnya tanaman manja, sedikit salah rawat bisa gagal panen. Tapi hasilnya juga sepadan,” ujarnya.
Peran Pemerintah Diharapkan Lebih Nyata
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:



