>

Kenaikan Cukai Tembakau Tak Signifikan Pengaruhi Perilaku Merokok

Kenaikan Cukai Tembakau Tak Signifikan Pengaruhi Perilaku Merokok

Kenaikan Cukai Tembakau Tak Signifikan Pengaruhi Perilaku Merokok Hasil Penelitian UNJA dan IAKMI di Kota Jambi--

JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Riset yang dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Jambi (UNJA) bermitra dengan Pengurus Daerah Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) mengungkapkan bahwa kenaikan harga cukai tembakau tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku merokok masyarakat Kota Jambi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai dampak kenaikan cukai tembakau terhadap perilaku merokok, serta sebagai upaya advokasi kepada pemerintah Kota Jambi terkait upaya pengurangan prevalensi merokok melalui implementasi Peraturan Daerah (Perda) No. 3 Tahun 2017 tentang larangan merokok di tempat umum.

 

Ketua tim peneliti, Dr. Ummi Kalsum, menyampaikan bahwa hasil penelitian menunjukkan mayoritas perokok di Kota Jambi berasal dari kalangan dengan pendidikan menengah, pekerja informal, dan mereka yang sudah menikah serta berpenghasilan antara Rp 2,5 juta hingga Rp 5 juta per bulan. "Penelitian ini juga menemukan bahwa 93% perokok di Kota Jambi berusia di atas 20 tahun. Alasan utama mereka merokok adalah faktor kebiasaan dalam pergaulan dan untuk menghilangkan stres," katanya.

 

Meskipun 71% responden perokok mengetahui adanya kenaikan cukai rokok, mayoritas perokok tetap tidak berniat untuk berhenti merokok. Sebagian besar mengakui hanya beralih ke rokok yang lebih murah. Selain itu, perokok di Kota Jambi diketahui mengalokasikan 10 hingga 20% dari pendapatan mereka, sekitar Rp 700 ribu per bulan, untuk membeli rokok, dan mereka merasa harga rokok saat ini masih terjangkau.

 

Penelitian ini juga mengungkap bahwa kenaikan cukai yang berdampak pada naiknya harga rokok tidak memberikan pengaruh besar terhadap keputusan masyarakat untuk mengurangi atau berhenti merokok. Dengan demikian, meskipun kebijakan kenaikan cukai tembakau diberlakukan, dampaknya terhadap perilaku merokok di Kota Jambi masih tergolong rendah. Hal ini dimungkinkan karena kebijakan cukai tembakau masih menggunakan multi-layer dan menungkinkan perokok untuk memilih rokok yang lebih murah.

 

"Temuan ini menjadi dasar bagi tim peneliti untuk mendorong pemerintah Kota Jambi lebih aktif dalam mengimplementasikan kebijakan terkait Perda Kawasan Tanpa Rokok, serta langkah-langkah preventif lainnya untuk menurunkan prevalensi merokok di kalangan masyarakat di Kota Jambi," sebutnya.

Anggota tim peneliti, M. Ridwan menambahkan, tak kalah penting yaitu penelitian juga berusaha mengungkap gambaran karakteristik serta perilaku perokok setelah kenaikan cukai tembakau. Juga untuk mengetahui informasi pendapatan terhadap perilaku merokok masyarakat.

Penelitian juga mencari tahu pengaruh iklan rokok, kedekatan hubungan keluarga serta kesehatan, pengetahuan dan sikap responden terhadap perilaku merokok masyarakat setelah adanya kenaikan cukai rokok.

Tim peneliti juga berharap hasil penelitian bisa menjadi referensi sekaligus rekomendasi buat Pemerintah Kota Jambi. "Tentu saja akan kami teruskan ke pemegang kebijakan, baik itu Pemkot dan DPRD Kota Jambi," pungkasnya. (*/kar)

Kunjungi : www.unja.ac.id

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: