Peran Pendidikan dan Museum dalam Melestarikan Budaya di Era Globalisasi
Museum Siginjei menggelar Dialog Budaya-Foto: Istimewa-
JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Museum Siginjei sukses menggelar Dialog Budaya pada Selasa, 1 Oktober 2024, dengan mengusung tema “Museum Dikenal, Sejarah Dijaga, Budaya Lestari.”
Acara ini dihadiri oleh puluhan guru SMP dan sederajat dari berbagai sekolah di Kota Jambi, yang antusias mengikuti pembahasan tentang dampak globalisasi terhadap peserta didik serta cara mempertahankan identitas budaya lokal.
Kegiatan ini menghadirkan tiga pemateri kompeten, yaitu Sugiono, Kepala Bidang Pendidikan Menengah (Kabid Dikmen) Dinas Pendidikan Kota Jambi; Leni Nurleni, Budayawan Jambi; dan Krisviorini, Edukator Museum Siginjei.
Setiap pemateri membahas topik yang berbeda namun saling terkait, seperti pakaian tradisional Jambi hingga permainan tradisional, yang menjadi bagian dari warisan budaya Jambi.
Sugiono dalam pemaparannya menekankan pentingnya peran pendidikan dalam melestarikan identitas budaya di tengah derasnya arus globalisasi.
Menurutnya, guru memiliki tanggung jawab besar untuk mengenalkan budaya kepada generasi muda agar nilai-nilai budaya tidak hilang tergerus zaman.
Sementara itu, Leni Nurleni sebagai budayawan Jambi mengajak para peserta untuk lebih mengenal dan mencintai budaya lokal, dengan mencontohkan kekayaan budaya Jambi seperti baju kurung tradisional dan permainan rakyat yang perlu dilestarikan.
Ia juga menyoroti bagaimana globalisasi dapat menjadi ancaman jika tidak disikapi dengan bijak, namun di sisi lain bisa menjadi peluang jika dimanfaatkan untuk memperkenalkan budaya ke tingkat yang lebih luas.
Krisviorini, sebagai perwakilan Museum Siginjei, berbagi tentang peran museum sebagai media edukasi budaya yang efektif.
Ia juga mendorong lebih banyak kegiatan edukatif berbasis budaya untuk peserta didik, agar mereka tidak hanya mengenal sejarah dan tradisi, tetapi juga mencintainya dan merasa bangga akan identitas budaya mereka.
Kepala Museum Siginjei, Ervin Aprianti, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu upaya untuk menjaga keberlangsungan budaya lokal di tengah tantangan modernisasi.
“Museum bukan hanya tempat menyimpan benda-benda sejarah, tapi juga menjadi pusat edukasi dan pelestarian budaya yang hidup. Kami berharap dialog ini dapat membuka wawasan para pendidik untuk lebih giat memperkenalkan budaya kepada siswa,” ujarnya.
Dialog Budaya ini menjadi ajang diskusi yang penting untuk mengintegrasikan pendidikan dan pelestarian budaya di era globalisasi, sehingga generasi muda tidak hanya menjadi bagian dari dunia modern, tetapi juga tetap menghargai dan menjaga identitas budaya lokal. (kar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: