>

Judi Online, Siapa Bertanggungjawab ?

Judi Online, Siapa Bertanggungjawab ?

Wawan Novianto-IST-

Di negara lain, judi dalam kasino-kasino dilegalkan dan membantu perekonomian negara. Bahkan negara tersebut menjadi negara modern.

Apa beda judi online dan permainan capit boneka ? soal besaran uangnya ? 

Apakah karena Indonesia negara miskin dan bodoh yang berbeda dengan amerika atau Singapura dan hongkong yang melegalkan judi ?

Jawabannya adalah KAPITALISME INTERNASIONAL YANG MENGUAT !

Kapitalisme tumbuh dengan sangat signifikan, sama seperti apilkasi online jual beli yang mampu mengakumulasi modal secara internasional, merambah negara digdaya dan negara dunia ketiga.

Pola bisnis yang bertumpu pada teknologi dan big data menhancurkan pedagang tradisional, menjatuhkan ekonomi negara berkembang karena mereka mampu menjual produk dari negara yang over produksi seperti China.

Kapiltalisme mampu membangun aplikasi aplikasi judi yang mampu menyasar kalangan rakyat miskin, rakyat menengah kebawah yang tidak berpendidikan atau berpendidikan tapi bodoh.

Mereka memberi stimulus dengan iming-iming yang menggiurkan. Sama seperti kapitalisme internasional mengelola aplikasi jualan online, mereka bisa mengatur proses judi itu dengan sangat luar biasa melalui teknologi. 

Perbedaan judi online dan permainan capit adalah kuasa pengaturan hasilnya. Taruhan-taruhan tidak lagi bisa diukur dengan ketangkasan, tidak dengan probabilitas lagi, karena mereka yang memasang taruhannya tidak bisa mengatur, menebak bahkan memprediksinya. Semua merupakan Keputusan preogratif aplikasi judi online itu sendiri. 

So what ?

Inti dari kapitalisme internasional adalah teknologi. Maka teknologi pula yang bisa menyelesaikan hal itu, lemahnya penguasaan teknologi dipastikan memakan korban, yakni rakyat miskin. Kita tidak bisa hanya menyalahkan atau mendasarkan penyelesaian masalah ini pada rakyat.

Rakyat adalah korban, korban kebodohan teknologi negara yang tidak bisa membatasi akses dan perkembangan aplikasi judi itu sendiri. 

Namun demikian, pendekatan secara kultural dengan meningkatkan kecerdasan Masyarakat. Jika Masyarakat cerdas, maka budaya judi bisa jadi berkurang. Namun ini adalah jalan yang membutuhkan waktu lama, sehingga bisa jadi rakyat sudah hancur, proses pencerdasan belum selesai.  

Penguasaan teknologi oleh negara adalah hal yang lebih realistis. Senjata untuk mengalahkan kapitalisme internasional adalah teknologi.

Judi bisa saja dilegalkan, dan bisa jadi menambah pemasukan negara, namu negara harus melindungi Masyarakat kecil dan miskin, agar mereka tidak menjadi korban judi.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: