>

PILGUBSU & PILGUB DKI; Diantara Strategi Golkar dan Kepentingan Airlangga?

PILGUBSU & PILGUB DKI; Diantara Strategi Golkar dan Kepentingan Airlangga?

Mahyudi--

Oleh : Mahyudi

Beberapa hari lalu, penulis mendapat kiriman video dari seorang kolega. Sebuah kejutan dari negeri nya Bg Ucok dan Kak Butet. Ya sebuah berita politik dari Provinsi Sumatera Utara terkait Pilkada 2024. 

Tak ada yang bakal menyangka bahwa dalam gelaran Pilkada Sumut kali ini Golkar tidak memberikan rekomendasi ke kader murninya Musa Rajekshah yang tenar di panggil Bang Ijeck. Namun justru memberikan kepada Bobby Nasution Walkot Medan yang notabene sebagai pendatang baru di Partai Golkar.  

Dalam video tersebut, Penulis melihat gurat mimik yang sangat tidak antusias dari Bang Ijeck saat Ketum Airlangga memberikan surat rekomendasi dukungan secara resmi ke Menantu Presiden tersebut.

Penulis coba menerka-nerka suasana kebatinan Bang Ijeck. Tampak terselip kekecewaan dari wajah sosok pemilik suara 190.990 di Pileg 2024 ini.

Hal ini tentunya bisa di pahami karena Ijeck bukan sosok sembarangan. Ijeck punya sederet modal politik yang kuat untuk bisa head to head dengan Eddy Rahmayadi yang selama 5 tahun didampinginya memimpin Sumut periode 2018-2023. Ijeck adalah nakhoda yang membawa Golkar sebagai pemenang Pemilu di Sumut dengan memperoleh 8 kursi DPR RI.

Bung Ijeck juga sosok pengusaha sukses yang tentunya cukup punya modal untuk bertarung merebut kursi BK 1. Selama 5 tahun menjabat Wagub Sumut tentunya Ijeck juga sangat memahami masalah-masalah krusial Sumut yang harus di benahi. Dan pasti juga pelan namun pasti sudah menyusun circle tim pemenangan sampai tingkat pelosok.

Predikat sebagai peraih suara terbanyak kedua sebagai anggota DPR RI terpilih pileg 2024 mampu di rengkuhnya. Intinya secara kasat mata Ijeck sangat memenuhi syarat untuk maju dalam kontestasi Pilgub Sumut 2024.

Namun, kini semua pupus. Ketum Airlangga telah memutuskan memberi mandat ke Bobby Nasution untuk bertarung melawan Sang Jenderal Eddy Rahmayadi. Dalam konfrensi pers sore kemarin Ijeck di tegaskan Ketum Airlangga mendapat tugas berkarya di Senayan untuk 5 tahun ke depan. Airlangga juga menjelaskan pertimbangan menugaskan Ijeck fokus sebagai anggota DPR RI. Menggambarkan bahwa keputusan tersebut merupakan bagian dari strategi Golkar.

Disinilah poin krusialnya. Golkar memang harus di akui parpol matang dalam berpolitik. Mempertimbangkan semua peluang dan kemungkinan dalam pusaran politik yang tengah terjadi -- mempertimbangkan sekaligus memanfaatkan faktor Presiden Jokowi  melalui sang menantu, mengcopy paste jalan ninja Gibran menuju RI 2 -- sekaligus bandul politik di masa mendatang -- menguatkan bergaining politik di depan Presiden/Wapres terpilih yang merupakan bagian tak terpisahkan dengan Jokowi. Bisa di bilang Bobby itu kartu truf untuk 2 rezim pemerintahan. 

Maka akan sangat menarik di tunggu juga langkah politik Golkar untuk Pilgub DKI Jakarta dimana ada sosok Kaesang Pangarep yang akhir-akhir ini santer di isukan bakal meramaikan kontestasi. Bahkan sempat bikin geger menyatakan berminat berpasangan bersama Anies Baswedan. 

Seperti sang ipar Bobby, Kaesang juga masuk kategori sebagai kartu truf 2 rezim. Dan posisinya sebagai Ketum PSI plus sekaligus putra Jokowi bikin politik Ibukota makin dinamis layak di perhitungkan.

Kondisi ini perlu kalkulasi cermat Golkar. Namun jika pada akhirnya langkah Golkar untuk Pilgub DKI mengambil pola yang sama seperti Pilgubsu, menjadikan trah Jokowi sebagai bagian strategi maka bisa di prediksi Ridwan Kamil (RK) yang di gadang-gadang nyagub di DKI bakal bernasib sama seperti Ijeck. Guna memuluskan Kaesang RK akan tetap di plot mempertahankan kursi Gubernur Jawa Barat. 

Dan jika itu terjadi, maka sesuai dengan dugaan Penulis yang sedikit kesulitan membedakan bahwa menepikan Ijeck dari kontestasi Pilgubsu 2024 adalah murni strategi Golkar atau bagian kepentingan Airlangga untuk tetap eksis baik di 2 rezim pemerintahan dan semakin kokoh di internal Golkar? Dan dalam ranah politik itu semua sah-sah saja. Airlangga kirim sinyal ke lawan-lawan politiknya bahwa dirinya punya modal politik berlimpah. Airlangga sepertinya mendapat pelajaran banyak saat posisinya sebagai Ketum Golkar di "utak-atik". Semakin tau siapa lawan dan kawan, semakin paham modus operasi politik yang menyerang dirinya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: