Sebagian Warga Jambi Mulai Puasa Senin 11 Maret Bersama Muhammadiyah

Sebagian Warga Jambi Mulai Puasa Senin 11 Maret Bersama Muhammadiyah

Jembatan Gentala Arasy yang melintang di atas Sungai Batanghari menjadi salah satu ikon Provinsi Jambi-www.disbudpar.jambiprov.go.id-

JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID – Meski hingga kini pemerintah masih belum mengumumkan secara resmi kapan 1 Ramadan, namun banyak warga Jambi sudah bersiap melaksanakan puasa pada Senin 11 Maret 2024.

Mereka mengikuti jadwal Ramadan yang ditetapkan Muhammadiyah.

Mereka juga sudah mulai persiapan untuk menyambut hari pertama puasa.

Pantauan Jambi Ekspres di beberapa pasar tradisional, sudah mulai dipadatkan oleh pengunjung.

Seperti di Pasar Aur Duri, Pasar Angso Duo dan Pasar Handil Kota Jambi, kondisi pada Sabtu (9/3/2024) terlihat ramai dan padat.

“Senin subuh mulai sahur, jadi supaya hari Minggu tak rebutan di pasar, ke pasar sejak sekarang,” ujar Ika salah satu warga Kota Jambi.

Ika mengaku mulai stok bahan-bahan untuk sahur pertama dan untuk buka puasa di hari Senin, seperti beras, gula, dan juga membeli beberapa jenis lauk seperti ayam dan daging.

Sementara itu warga Kota Jambi lainnya, Beni, mengaku ia akan puasa Senin ikut jadwal Muhammadiyah.

Alasan ikut jadwal Muhammadiyah karena sejak beberapa tahun terakhir ia sekeluarga memang telah mengikuti jadwal Muhammadiyah.

“Meski saya tidak pernah ikut pengajian Muhammadiyah, tapi saya merasa yakin dan setuju dengan Muhammadiyah,” lanjutnya.

Gunakan Perhitungan Astronomi

Muhammadiyah merupakan organisasi Islam yang didirikan oleh Ahmad Dahlan.

Dikutip dari umsu.ac.id, disebut Muhammadiyah menghitung masuknya 1 ramadan dengan menggunakan metode perhitungan astronomis.

Muhammadiyah mengandalkan Hisab Hakiki Wujudul Hilal, yang menitikberatkan pada kondisi nyata peredaran Bulan, Bumi, dan Matahari.

Dalam hal ini, Muhammadiyah menganggap sudah masuk bulan baru apabila Bulan telah berada lebih dari 0 derajat di atas ufuk, tanpa mempermasalahkan ketinggian dan elongasi hilal.

Sebaliknya, lembaga resmi seperti Kementerian Agama dan NU, menggunakan kriteria yang berbeda. Mereka mengadopsi standar Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS), yang menuntut ketinggian hilal minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4 derajat.

Metode ini memerlukan penentuan awal bulan berdasarkan pengamatan rukyat, yaitu melalui pengamatan langsung di lapangan.

Perbedaan pendekatan ini menyebabkan perbedaan tanggal awal Ramadan tahun ini antara Muhammadiyah dan lembaga resmi lainnya.

Sementara Muhammadiyah telah menetapkan awal Ramadhan pada tanggal 11 Maret 2024 berdasarkan perhitungan astronomis, Kementerian Agama belum menetapkan tanggal yang pasti.

Sebagai bagian dari sikap menjaga harmoni dan toleransi antarumat beragama di Indonesia, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengimbau agar umat tetap menghargai perbedaan pendapat ini.

“Karena kita sudah terbiasa dengan perbedaan itu, maka kita jalani untuk menjalankan ibadah Ramadhan,” ujarnya.

Meskipun terdapat perbedaan dalam penetapan awal puasa, semangat umat Muslim untuk menjalankan ibadah puasa dengan penuh keikhlasan dan kesadaran tetap tinggi.

Ibadah Ramadhan bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga merupakan wahana untuk memperkuat kesalehan diri pribadi dan kolektif, lanjutnya. (*)




Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: