Debat Capres 2024, Begini Gagasan Anies, Prabowo, Ganjar Soal Impor Ponsel Mencapai Rp 30 T Setahun

Debat Capres 2024, Begini Gagasan Anies, Prabowo, Ganjar Soal Impor Ponsel Mencapai Rp 30 T Setahun

Capres Anies, Prabowo dan Ganjar--

JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID- Momentum debat terakhir Calon Presiden (Capres) Pemilu 2024 di Jakarta Convention Center (JCC) menghadirkan perdebatan seru terkait impor ponsel yang mencapai Rp30 triliun pada tahun 2023.

Anies Baswedan (Capres Nomor Urut 1) menjawab pertanyaan kritis ini dengan gagasan inovatif untuk membangun kedaulatan manufaktur telekomunikasi dan teknologi informasi di Indonesia.

Anies mengusulkan dua langkah utama. Pertama, peningkatan kualitas manusia dan inovasi di sektor teknologi informasi dengan konsep "pairing" atau berpasangan, yaitu mendatangkan pakar untuk melakukan alih teknologi bersama-sama.

Kedua, memprioritaskan investasi dalam bentuk investasi padat karya yang didukung dengan reformasi birokrasi dan pemberantasan korupsi. Anies yakin bahwa pendekatan ini akan memberikan peluang kerja bagi masyarakat lokal, sambil menjaga tiga aspek fundamental, yaitu akses, kecepatan, dan keamanan. 

Pentingnya perlindungan hak intelektual juga disoroti oleh Anies, terutama terkait dengan industri manufaktur yang akan terlibat. Ia melihat investasi padat modal dan padat karya sebagai kunci untuk mempercepat kemajuan Indonesia dalam sektor teknologi.

Prabowo Subianto (Capres Nomor Urut 2) memberikan solusi tindakan langsung dengan menekankan pembangunan pabrik ponsel secara cepat. Ia memandangnya sebagai kebutuhan mendesak yang dapat diwujudkan dengan kehendak politik yang kuat.

Selain itu, Prabowo memberikan fokus pada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), mengingat pentingnya SDM yang berkualitas dalam menghadapi perkembangan teknologi.

Ganjar Pranowo (Capres Nomor Urut 3) membuka wawasannya terkait industri swasta untuk gadget yang sudah ada di Semarang. Ia mencoba menggambarkan opsi kolaborasi dengan industri internasional yang memiliki brand terkenal, tetapi dengan pabrik yang berlokasi di Indonesia.

Ganjar memberi contoh praktik serupa yang pernah berhasil di India, di mana transformasi pengetahuan dan teknologi dapat terjadi, memberikan nilai tambah bagi Indonesia.

Debat ini menunjukkan bahwa setiap pasangan calon memiliki pendekatan yang unik untuk mencapai kedaulatan manufaktur teknologi informasi.

Dari "pairing" inovatif hingga solusi tindakan langsung dan opsi kolaborasi internasional, masing-masing mencerminkan visi dan strategi untuk memajukan Indonesia dalam era teknologi informasi yang semakin pesat. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: