Kisah Presiden Soekarno Pulang Jalan Kaki Bertemu Tukang Sate Usai Dilantik Jadi Presiden RI
Soekarno dan Mohammad Hatta--
JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID – Hari itu, di akhir pekan, Sabtu 18 Agustus 1945, Soekarno resmi ditetapkan dan dipilih menjadi Presiden RI yang pertama.
Tak hanya mengukir sejarah bagi bangsa Indonesia karena akhirnya punya presiden pertama untuk memimpin negara, namun itu juga menjadi hari bersejarah bagi hidup seorang Soekarno.
Di usianya yang masih sangat muda, 44 tahun, Soekarno terpilih secara aklamasi menjadi Presiden berdasarkan rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) di Gedung Raad van Indië di Pejambon, kini menjadi Gedung Kementerian Luar Negeri RI.
Semula rapat pemilihan presiden dan wakil presiden dilaksanakan pukul 12.20, kemudian ditunda menjadi pukul 13.45 WIB.
Adalah Oto Iskandar yang menjadi pemimpin rapat, kemudian mengusulkan agar pemilihan dilakukan secara aklamasi saja.
Usulan ini pun kemudian disetujui. Maka ditunjuk dan dipilihlah Soekarno sebagai presiden dan Bung Hatta sebagai Wakil Presiden RI.
Tak butuh waktu panjang karena semua peserta sidang setuju, usai penetapan pemimpin negara, kemudian dilanjutkan dengan pembicaraan tentang rancangan aturan peralihan hingga jelang sore hari.
Setelah rapat, tak ada yang spesial, tak ada pula perayaan meriah, hari pun kian sore, semua kemudian pulang, Soekarno yang sudah resmi jadi Presiden RI pun, kemudian juga pulang.
Di dalam gedung tadi, Soekarno memang benar, sudah ditetapkan sebagai Presiden RI, namun saat pulang, ia kembali menjadi sosok Soekarno yang sebelumnya, belum punya mobil kepresidenan, tidak ada sopir, tidak ada ajudan. Soekarno lalu pulang dengan jalan kaki.
Dalam perjalanan pulang, Soekarno kemudian bertemu dengan seorang tukang sate yang sedang berjualan tanpa alas kaki.
Ia berhenti di depan tukang sate itu lalu langsung berkata ”sate ayam lima puluh tusuk!”. Rupanya, cara inilah yang dipakai Soekarno untuk merayakan momen hari pertamanya menjadi Presiden RI, seorang diri.
”Aku jongkok di sana dekat got dan tempat sampah dan menyantap sate dengan lahap. Itulah seluruh pesta perayaan terhadap kehormatan yang kuterima,” begitu kata Soekarno sebagaimana tertuang dalam buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat yang ditulis Cindy Adams, wartawan asal Amerika Serikat.
Setelah itu, Soekarno melanjutkan perjalanannya pulang ke rumah. Ia masih ada satu tugas penting, yaitu memberi tahu sang istri Fatmawati bahwa ia kini telah menerima amanah sebagai pemimpin negara.
Sesampai di rumah, Soekarno pun kemudian memilih dapur sebagai tempat bercerita paling menyenangkan dengan Fatmawati.
”Mereka mengangkatku sebagai presiden. Rakyat memilihku sebagai presiden,” kalimat ini diungkapkan Soekarno dengan penuh kegembiraan di sudut dapur.
Rupanya kabar ini bukan info yang mengejutkan bagi Fatmawati.
Ia memang tak berada di ruang sidang tadi siang, namun bahwa ia akan tinggal di sebuah gedung besar dan putih, ternyata telah ia dengar langsung dari sang ayah, Hassan Din, sebelum meninggal dunia.
”Jadi ini tidaklah mengagetkanku. Tiga bulan yang lalu, bapak sudah meramalkannya,” ujar Fatmawati.
Malam itu, malam minggu, usai sudah tugas Soekarno untuk dirinya sendiri, ia telah merayakannya dengan membeli 50 tusuk sate, lalu untuk sang istri, ia juga juga telah menyampaikan kabar baik untuk ibu negara pertama Republik Indonesia.
Setelahnya, hingga hari-hari berikutnya, Soekarno sudah kian berkosentrasi mendedikasikan diri bagi nusa dan bangsa sebagai kepala negara.(*)
.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: