Kampus Akmil Suriah Dibom Saat Perayaan Wisuda

Kampus Akmil Suriah Dibom Saat Perayaan Wisuda

Akademi Militer Suriah diserang bom dari drone tanpa awak bertepatan dengan upacara perayaan wisuda perwiranya, kejadian Kamis (5/10/2023)-Tangkapan Layar -

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO.ID – Kampus Akademi Militer atau Perguruan Tinggi Militer Suriah di Homs pada Kamis (5/10/2023) dihantam bom.

Bom yang dijatuhkan dengan pesawat tanpa awak atau drone itu meledak bertepatan dengan perayaan wisuda para perwiranya.

Kantor berita SANA merilis, pemerintah menuduh pelaku bom merupakan organisasi teroris bersenjata Suriah.

Insiden ini telah menyebabkan para wisudawan tewas termasuk keluarga yang hadir mendampingi.

Serangan ini memang menargetkan para perwira Akmil Suriah yang wisuda, namun pada kenyataannya aksi teror bom itu juga telah pula menyebabkan tentara, masyarakat sipil termasuk wanita dan anak-anak tewas.

Jumlah korban atas kejadian ini mencapai 80 orang meninggal dunia sementara yang luka mencapai 240 orang.

Hingga saat ini belum ada yang bertanggung jawab atas kejadian ini.

Pemerintah kemudian menjadikan 3 hari sebagai hari berkabung untuk berbelasungkawa atas kasus pemboman paling mematikan ini.

Sementara itu pemerintah melakukan pembalasan dengan menyerang wilayah Idlib yang dikuasai pemberontak dan menjatuhkan banyak bom di wilayah tersebut.

Observatorium atau sejenis Lembaga HAM Suriah, mengatakan delapan orang tewas dan sekitar 30 lainnya luka-luka akibat serangan balasan pemerintah itu.

Provinsi Idlib kini sedang dikuasai oleh organisasi Hayat Tahrir al-Sham. Pimpinan organisasi ini adalah mantan cabang Al-Qaeda di Suriah.

Kelompok Hayat Tahrir al-Sham  memang terkenal sering menggunakan drone tanpa awak untuk menyerang wilayah yang dikuasai pemerintah di Suriah.

Suara PBB juga keluar terkait serangkaian insiden di Suriah. Antonio Guterre, utusan PBB untuk Suriah mengatakan apa yang terjadi merupakan pemandangan yang mengerikan.

Ia menghimbau perlu melakukan gencatan senjata, mengurangi kekerasan dan perlu pendekatan lebih koorperatid dalam menghadapi teroris yang terdaftar di Dewan Keamanan PBB.

Mengutip dari Wikipedia, Suriah dengan nama resmi Republik Arab Suriah adalah sebuah negara di Asia Barat.

Suriah berbatasan dengan Laut Mediterania di barat, Turki di utara, Irak di timur dan tenggara, Yordania di selatan, serta Israel, Palestina, dan Lebanon di barat daya, Siprus terletak di barat melintasi Laut Mediterania.

Suriah adalah rumah bagi beragam kelompok etnis dan agama, diantaranya mayoritas Arab Suriah, Kurdi, Turkmenistan, Asyur, Armenia, Sirkasia, dan Yunani.

Kelompok agama diantaranya Sunni, Kristen, Alawi, Druze, Ismailiyah, Syiah, Salafiyah, dan Yazidi.

Ibu kota dan kota terbesar Suriah adalah Damaskus. Arab adalah kelompok etnis terbesar, dan Sunni adalah kelompok agama terbesar.

Ia memperoleh kemerdekaan de jure sebagai Republik parlementer pada 24 Oktober 1945.

Republik Suriah menjadi anggota pendiri Perserikatan Bangsa-Bangsa, suatu tindakan yang secara hukum mengakhiri Mandat Prancis sebelumnya, meskipun pasukan Prancis tidak meninggalkan negara itu sampai April 1946.

Periode pasca-kemerdekaan penuh gejolak, dengan banyak kudeta militer dan upaya kudeta mengguncang negara itu dari tahun 1949 hingga 1971.

Pada tahun 1958, Suriah memasuki persatuan singkat dengan Mesir yang disebut Republik Arab Bersatu yang diakhiri oleh kudeta Suriah 1961.

Republik ini berganti nama menjadi Republik Arab Suriah pada akhir tahun 1961 setelah referendum konstitusional 1 Desember tahun itu.

Setelah itu keadaan semakin tidak stabil sampai kudeta Ba'athist tahun 1963, sejak Partai Ba'ath mempertahankan kekuasaannya.

Suriah berada di bawah Undang-Undang Darurat dari tahun 1963 hingga 2011, yang secara efektif menangguhkan sebagian besar perlindungan konstitusional bagi warga negara.

Bashar al-Assad telah menjadi presiden sejak tahun 2000 menggantikan ayahnya Hafez al-Assad, yang menjabat dari tahun 1971 hingga 2000.

Sepanjang pemerintahannya, Suriah dan Partai Ba'ath yang berkuasa telah dikutuk dan dikritik karena berbagai pelanggaran hak asasi manusia, termasuk seringnya eksekusi terhadap warga negara dan tahanan politik, dan penyensoran besar-besaran.

Sejak Maret 2011, Suriah telah terlibat dalam perang saudara multi-sisi, dengan sejumlah negara di kawasan dan di luar yang terlibat secara militer atau sebaliknya.

Akibatnya, sejumlah entitas politik yang memproklamirkan diri telah muncul di wilayah Suriah, diantaranya Oposisi Suriah, Rojava, Tahrir al-Sham dan kelompok Negara Islam.

Suriah menduduki peringkat terakhir pada Indeks Perdamaian Global dari 2016 hingga 2018, menjadikannya negara paling kejam di dunia karena perang.

Konflik tersebut telah menewaskan lebih dari 570.000 orang, menyebabkan 7,6 juta pengungsi internal (perkiraan UNHCR Juli 2015) dan lebih dari 5 juta pengungsi (Juli 2017 terdaftar oleh UNHCR), membuat sensus populasi menjadi sulit dalam beberapa tahun terakhir.  (*)



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: