>

Gokil! Ikan Terkecil di Dunia Ternyata Hidup di Sungai Batanghari, Otaknya Tak Dibalut Tengkorak

Gokil! Ikan Terkecil di Dunia Ternyata Hidup di Sungai Batanghari, Otaknya Tak Dibalut Tengkorak

Perjalanan tim Ekspedisi Batanghari telah mengungkapkan banyak fakta menarik tentang kekayaan yang dimiliki sungai terpanjang di Sumatera ini-Foto: Istimewa-

JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID – Gokil! ternyata ikan terkecil di dunia hidup di Sungai Batanghari, merupakan sungai terpanjang di Pulau Sumatera.

Adalah Tedjo Sukmono, pakar perikanan dan budidaya dari Universitas Jambi yang mengungkapkan hal ini dalam seminar Ekspedisi Batanghari yang digelar Jumat (28/7).

Kata Tedjo, berdasarkan hasil penelitiannya sejak tahun 2008, ditemukan di Sungai Batanghari ternyata hidup sekitar 320 spesies ikan, termasuk ikan terkecil di dunia ini yang bernama peadocypris progenetce atau genus Paedocypris.

Bagaimana profil ikan terkecil di dunia ini? ternyata ikan ini masuk dalam spesies organisme bertulang belakang terkecil di dunia.

Ikan imut ini hidup di daerah rawa-rawa, tanah bergambut bergambur yang ada pulau Sumatra dan Bintan, salah satunya di Sungai Batanghari.

Mengutip dari id.wikipedia.org, pada usia dewasa, Paedocypris progenetica memiliki panjang 7,9 mm.

Makanannya adalah plankton yang hidup sekitar dasar rawa.


Ikan terkecil di dunia, peadocypris progenetce.-Foto: agrozine.id-

Meski berbadan imut, ikan terkecil di dunia ini ternyata punya kemampuan daya hidup yang tinggi, ikan ini bisa tetap bertahan meski sungai kering atau rawa dangkal.
 
Menariknya lagi, otak Paedocypris progenetica tidak dilindungi oleh tengkorak. Tapi otaknya tetap aman berada di bagian kepala.

Kemampuan bertelurnya juga berbeda dengan ikan lainnya, jika ikan lain bertelur dalam jumlah banyak, paedocypris progenetica betrina hanya mampu menghasilkan beberapa butir telur.


Penampakan Ikan terkecil di dunia, peadocypris progenetce.-Foto: alamendah.org-

Sayang, kehidupan Paedocypris progenetica saat ini hampir terancam akibat dirusaknya habitat mereka oleh tindakan nakal manusia.

Sementara itu, aktivis pelestarian sungai, Suparno Jumar dalam pernyataanya,  dikutip Jambi Ekspres Jumat (28/7) dari keterangan pers panitia Ekspedisi Batanghari 2023, mengutarakan bahwa sungai, budaya, dan lingkungan saling berkaitan erat guna memenuhi kebutuhan utama hidup seperti udara dan air bersih, serta makanan.

“Kalau kita menistakan sumber air bersih di sungai berarti kita ikut pula menistakan sumber kehidupan bukan hanya untuk manusia tapi seluruh makhluk hidup,” papar Suparno.

Untuk diketahui, daerah aliran Sungai Batanghari terbentang di 13 daerah, mulai dari Provinsi Jambi dan Sumatera Barat, Kabupaten Batanghari, Bungo, Dharmasraya, Kerinci, Merangin, Muarajambi, Sarolangun, Tebo, Tanjung Jabung Barat dan Kota Jambi.

BACA JUGA:Merinding! Ikan Raksasa Terbesar Asia Ternyata Hidup di Sungai Batanghari

Terkait dengan kegiatan Ekspedisi Batanghari yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah memulai perjalanan ekspedisi susur Sungai Batanghari dari Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat.

Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang hubungan kebudayaan dengan pelestarian lingkungan, khususnya sungai, dan juga sebaliknya untuk perkembangan peradaban berkelanjutan.

Serangkaian kegiatan diselenggarakan pada Ekspedisi Batanghari di Kabupaten Dharmasraya, seperti perjalanan menuju Kawasan Candi Pulau Sawah, pelepasan benih ikan di Candi Pulau Sawah dan Lubuk Larangan Tapian Ngalau, penanaman pohon, tradisi pemotongan kambing, workshop, serta seminar tentang kebudayaan dan lingkungan.

Perjalanan tim Ekspedisi Batanghari melibatkan sejumlah peserta seperti komunitas, aktivis budaya, dan lingkungan daerah maupun nasional, arkeolog, sejarawan, tim ahli, serta masyarakat umum.

Sementara itu, Pamong Budaya Utama Kemendikbudristek Siswanto menuturkan, Sungai Batanghari adalah penghubung budaya masyarakat sejak masa lalu, sebelum munculnya infrastruktur jalan raya yang lebih modern pada abad 19.

“Maka itulah kita harus melestarikan air dan lingkungan di Sungai Batanghari. Jangan sampai alam menimbulkan bencana karena kelalaian kita sebagai manusia,” ucap Siswanto.

Lebih lanjut Siswanto menambahkan, pada Sungai Batanghari terkandung makna mendalam yakni merupakan penghubung budaya, ekonomi, dan administrasi dari Sumatera Barat, Jambi, dan sekitarnya.

“Sehingga pemajuan dan pelestarian lingkungan DAS Batanghari bukan hanya pada momentum kegiatan ini saja, Kenduri Swarnabhumi dan Ekspedisi Batanghari, namun lebih dari itu juga harus berkelanjutan,” kata Siswanto.

Perjalanan Ekspedisi Batanghari dijadwalkan berlangsung mulai 27 Juli dan berakhir 9 Agustus mendatang. Ekspedisi Batanghari menyusuri wilayah-wilayah yang dilalui oleh DAS Batanghari. (dpc)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: