5 Tahun Migas Blok Masela ‘Dianggurin’ Shell, Pas Mau Diambil RI Nego Harganya Jadi Lama Banget

5 Tahun Migas Blok Masela ‘Dianggurin’ Shell, Pas Mau Diambil RI Nego Harganya Jadi Lama Banget

Ilustrasi kegiatan migas di pantai lepas-Foto: Dok PHE-

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO.ID – Sudah 5 tahun migas di Blok Masela dianggurin Shell, belum diapa-apakan. Sejak Shell menandatangani Plan of Development (PoD) tahun 2019 lalu, Shell memang belum melakukan kegiatan sama sekali di Blok Masela.

Terakhir perusahaan migas Belanda berbasis di Amerika itu memilih mundur dari Blok Masela. Pemerintah pun setuju meski rada-rada ‘kesal’.

Menteri ESDM Arifin Tasrif pernah mengatakan, Shell tidak bertanggung jawab mundur setelah lama tidak mengerjakan apa-apa di Blok Masela, atas kejadian ini yang rugi kata Arifin adalah Indonesia.

Namun sepertinya pemerintah tak mau berlama-lama marah, seketika Pertamina langsung disiapkan sebagai pemain pengganti. Pertamina akan jadi pemegang hak Partisipasi Interest Blok Masela sebesar 35 persen, sesuai dengan porsi yang dimiliki Shell.

Lantas berapa nilai divestasi Blok Masela yang harus dibayar Pertamina kepada Shell? Sejak kabar Shell hengkang Mei 2023 lalu, hingga kini belum juga ada kabar angka kepastiannya, pas mau diambil RI negosiasi harga untuk peralihan ini jadi lama banget.

Beberapa pihak mengatakan seharusnya tidak perlu bayar apa-apa, toh Shell juga tidak ngapa-ngapain. Djoko Siswanto, Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) juga mengatakan hal demikian.

Kata Djoko, ada regulasi jika dalam waktu 5 tahun tidak ada kegiatan setelah PoD ditandatangani, maka kontraktor wajib mengembalikan kepada pemerintah. Lalu negara bisa menugaskan Pertamina untuk menggantikan.

Namun terakhir, Wakil Menteri BUMN Pahala Mansury saat ditemui wartawan pada Kamis (6/7), mengatakan, PT Pertamina (Persero) dan Shell sudah menemui kesepakatan soal Blok Masela.

Sudah ditentukan pula nilai dan jadwal pembayaran yang harus dikeluarkan Pertamina untuk Shell. Namun berapa nilainya, Pahala belum mau memberi informasi karena katanya masih ditangan Pertamina.

Hengkangnya Shell dalam pengelolaan Blok Masela memang tidak membuat RI pusing jangka Panjang karena RI masih punya Jepang melalui Inpex Ltd yang masih fokus berkegiatan di Blok Masela.

Selain akan diakuisisi Pertamina, Wilayah Kerja (WK) Masela sudah digarap Inpex Ltd yang sudah 28 tahun berkontrak untuk WK Masela, bahkan sekarang jadi pemegang hak Partisipasi Interest terbesar di blok ini, 65 persen.

Jika nanti resmi diakuisi Pertamina, maka Inpex Ltd punya kawan baru di Blok Masela. Dan berkemungkinan akan bertambah lagi karena kabarnya Pertamina akan konsorsium dengan mitra baru lainnya.

Salah satu perusahaan yang disebut-sebut yang akan digandeng Pertamina untuk konsorsium sebagai mitra baru adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) asal Malaysia, Petronas.

Kepala SKK migas, Dwi Soetjipto kepada wartawan mengatakan, porsi Pertamina-Petronas dalam rencananya adalah 20% - 10%.

Kemudian sisanya akan dimiliki oleh pemegang saham mayoritas  Inpex  yang kini masih menjadi operator Blok Masela.

Disebut-sebut juga, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati juga telah berkunjung ke Kuala Lumpur, Malaysia untuk membahas peluang masuk bersama Petronas dalam pengelolaan Blok Masela.

Direktur Jenderal migas Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji menambahkan, keputusan ini juga tinggal menunggu proses tanda tangan kontrak.

Sebenarnya apa alasan Shell memilih hengkang dari Blok Masela? Ternyata salah satu alasannya adalah karena Shell akan melakukan investasi di negara lain yang lebih potensial dan prospek keuntungannya lebih baik bagi keuangan mereka.

Hal ini ketahuan Saat rapat dengar pendapat Komisi VII DPR pada Senin (24/8/2020). Vice President Corporate Services Inpex Henry Banjarnahor mengatakan, hengkang, cabut atau divestasi dalam kegiatan usaha hulu migas adalah sesuatu hal yang lumrah terjadi. "Jadi tidak masalah juga kalau Shell memilih hengkang," lanjutnya.

Sementara itu, Inpex Ltd selaku pemegang saham dominan WK Masela saat ini, merupakan perusahaan migas yang berbasis di Tokyo Jepang.

Inpex menandatangani kontrak Masela PSC sejak 28 tahun silam, tepatnya pada 16 November 1998.

Inpex merupakan Pemegang Partisipasi Interest Blok Masela mayoritas sebesar 65%.

WK Masela sendiri berada di lepas pantai Laut Arafura Maluku. Jaraknya sekitar 155 kilometer arah Barat Daya Kota Saumlaki. WK Masala berada di perbatasan langsung RI dengan Australia dan Timor Leste.

Kontrak awalnya, luas Blok Masela hanya 5.725 km2 yang kemudian saat ini menjadi kurang lebih 2.503,30 km2.

Total cadangan di Lapangan Abadi Blok Masela diperkirakan mencapai 16.38 TCF. Total natural gas output sebesar 10.5 mtpa (termasuk sekitar 9.5 mtpa LNG, 150 mmscfd gas pipa, dan sekitar 35000 bopd kondensat).

Terakhir September 2017, Lapangan Abadi Blok Masela masuk dalam PSN (Proyek Strategis Nasional). Disebut-sebut perkiraan cadangan gas di Blok ini adalah yang terbesar di Asia Tenggara.

Lantas berapakah yang harus dibayar Pertamina untuk akuisi PI 35 persen milik Shell di Blok Masel ini? Belum ada keterangan resmi terkait hal ini. (dpc)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: