Geger Korban Sekte Sesat Nahan Lapar Sampai Mati Telah Mencapai 133 Orang
Paul Mackenzie Nthenge-Net-
JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Operasi pencarian korban pengikut sekte sesat nahan lapar sampai mati di Kenya Afrika Timur terus dilakukan, semakin membuat geger karena korban yang ditemukan terus bertambah bahkan telah mencapai 133 jasad.
Para korban ini merupakan pengikut sekte sesat Good News International Church yang dipimpin oleh seorang pendeta bernama Paul Mackenzie Nthenge.
Mackenzie Nthenge memberi perintah jamaahnya untuk bunuh diri dengan cara menahan lapar sampai mati sebagai salah satu jalan untuk bisa masuk surga.
Kementerian Dalam Negeri Kenya merilis bahwa berdasarkan data warga yang melaporkan kehilangan anggota keluarganya telah lebih dari 400, sehingga perkiraan korban pengikut sekte sesat nahan lapar Mackenzie Nthenge akan terus bertambah.
Mackenzie Nthenge sendiri merupakan sosok yang memiliki banyak masalah di Kenya.
Berbagai aduan ditujukan kepadanya mulai dari penelantaran anak hingga sikap radikalisme.
Tahun 2017 bahkan ia pernah ditahan karena menyebarkan ajaran agar para orang tua tidak menyekolahkan anaknya karena itu melanggar perintah alkitab, namun tak lama kemudian ia bebas kembali.
Terkait sekte sesat menahan lapar sampai mati ini, Mackenzie Nthenge malah membantah pernah memberi perintah menahan lapar sampai mati kepada pengikutnya, hal ini disampaikan penyidik di Kenya kepada media setempat.
Mackenzie Nthenge masih memilih diam dan belum memberikan klarifikasi atas tuduhan ini, termasuk dua pengacaranya.
Mackenzie Nthenge selama ini terbilang sakti di Kenya. Sebelum kasus ini terbongkar, ia pernah ditahan atas berbagai dakwaan namun kemudian bebas kembali, bahkan ada dakwaan lainnya yang distop tanpa ada penjelasan dari pihak penegak hukum setempat.
Atas sekte sesat nahan lapar sampai mati ini, Nthenge akhirnya kembali ditahan sambil menjalani proses penyelidikan.
Proses pencarian korban telah dilakukan sejak April 2023 hingga hari ini.
Jasad para korban ini ditemukan di hutan dalam desa Shakahola. Korban ada yang dikuburkan sekaligus di satu lobang dan ada juga yang berpencar-pencar.
Masyarakat Kenya terheran-heran, bagaimana bisa kejahatan terorganisir seperti itu luput dari pantauan intelijen setempat.
Mackenzie Nthenge bersama istrinya Joyce Mwikamba cukup terkenal di wilayahnya. Tahun 2003 lalu mereka mendirikan gereja untuk dijadikan pusat penginjilan kecil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: