>

100 Ribu Sepeda Motor Bahan Bakar Gas Siap Mengaspal di Indonesia Lima Tahun Lagi

100 Ribu Sepeda Motor Bahan Bakar Gas Siap Mengaspal di Indonesia Lima Tahun Lagi

PT PGN Tbk sebagai Subholding Gas Pertamina menjadikan gas bumi sebagai energi alternatif, untuk bahan bakar sepeda motor, kapal nelayan tradisional, dan kendaraan roda empat dalam lima tahun ke depan-Dok bumn.go.id-

JAKARTA JAMBIEKSPRES.CO.ID -  PT Pertamina Gas Negara (PGN) Tbk menargetkan lima tahun lagi atau tahun 2027, 100 ribu sepeda motor Bahan Bakar Gas (BBG) sudah mengaspal di Indonesia. 

 

Konversi sepeda motor ini telah dikembangkan PGN dan akan menggunakan ukuran tabung CNG berukuran 14 x 53 cm di sebelah kiri dan kanan kolom kemudi tanpa mengurangi kenyamanan berkendara.

 

Dalam rancangannya, tabung baja kapasitas 2.5 liter itu memiliki daya jelajah hingga 100 km dalam sekali pengisian penuh.

 

“Komposisi utama CNG untuk sepeda motor adalah metana yang bersih dan beroktan tinggi mampu memberikan manfaat performa mesin yang baik dan gas buang yang ramah lingkungan,” Direktur Utama PGN M. Haryo Yunianto dalam keterangan resminya dikutip Jamb Ekspres (20/3)

 

Lanjut Haryo, penggunaan konversi BBM ke BBG pada sepeda motor dapat meningkatkan kesejahteraan atas potensi penghematan harga bahan bakar hingga 55% setara Rp 6,9 juta per tahun (konsumsi 4 liter BBM pertalite/ hari). 

 

Beban subsidi BBM dan ketergantungan impor BBM yang dapat ditekan setara 125 ribu kilo liter per tahun.

 

Sedangkan penambahan konversi pada kendaraan roda empat, PGN memproyeksikan sebanyak 1000 truk/ bus dan 18.000 kendaraan kecil. 

 

Hal ini reliable dengan wujud nyata di mana BBG telah digunakan oleh kendaraan seperti taksi, bajaj, dan bus Trans Semarang.

 

Kemudian untuk kapal nelayan, target quick win konversi sebanyak 6,71 BBTUD untuk 30.000 unit perahu nelayan. 

 

Program ini untuk nelayan diskemakan menggunakan Gaslink Cylinder yang berkapasitas 4,2 lsp. Dengan standar keselamatan tinggi, mendukung daya jelajah hingga 50 Km pada mode operasi Dual Diesel Fuel (DDF) 50% untuk 1 hari berlayar.

 

Sama halnya dengan CNG untuk sepeda motor, CNG untuk kapal nelayan berkomposisi metana beroktan tinggi sehingga memberi manfaat performa mesin yang baik dan ramah lingkungan. 

 

Selain itu, memberi potensi penghematan bahan bakar hingga 30% setara Rp 7,2 juta per tahun (konsumsi 10 liter BBM solar per hari).

 

“Kebutuhan pasokan gas untuk BBG transportasi kurang lebih 40 BBTUD di tahun 2027. Sedangkan penggunaannya, diperkirakan meningkat hingga 410 juta LSP. Impact lanjutannya, akan menghemat APBN untuk mengurangi BBM subsidi hingga Rp 1,25 T per tahun dengan asumsi subsidi BBM sebesar 3000 rupiah per liter,” ungkap Haryo.

 

Menurut Haryo, kenaikan harga minyak dunia dan BBM dalam negeri menjadi momentum yang tepat untuk optimalisasi gas bumi. Di samping untuk peningkatan kinerja bisnis SPBG, akselerasi gas bumi sebagai BBG oleh PGN akan memberi dampak penghematan bagi masyarakat, subsidi energi dan devisa negara.

 

“Pada prinsipnya, program nasional CNG untuk kendaraan darat dan kapal nelayan ingin kami tingkatkan agar masyarakat punya energi alternatif dengan harga yang lebih murah dan ramah lingkungan. Secara berkelanjutan, diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya.

 

Sementara itu, Komisi VII DPR RI secara khusus menyambut baik kendaraan ramah lingkungan ini dan menilai perlu dikembangkan lebih lanjut.

 

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Eddy Soeparno usai memimpin pertemuan dengan direksi PT. PGN di Badung, Bali (17/3) mengatakan, kendaraan CNG ini sangat bermanfaat, karena merupakan bagian transisi energi dari fosil ke energi ramah lingkungan. 

 

"Ini sangat bermanfaat untuk transisi energi menuju energi yang bersih. Tadi ada mobil dan motor yang digerakkan dengan CNG. Dari sisi lingkungan akan lebih bersih dan dari sisi harga akan lebih ekonomis," katanya.

 

Menurut Eddy, untuk mengembangkan kendaraan CNG tersebut, butuh dukungan insentif pemerintah, agar masyarakat tergerak menggunakan kendaraan CNG. Sementara ini, kendaraan CNG di Indonesia baru diterapkan pada kendaraan transportasi publik seperti bus di Jakarta.

 

Kendaraan pribadi yang menggunakan teknologi CNG hampir belum ada. Selain itu, PT. PGN masih menerapkan teknologi hybrid antara BBM dan gas pada kendaraan

 

Dijalankannya, butuh desain ulang bagaimana menempatkan tabung gas pada kendaraan pribadi, agar terlihat estetik dan nyaman bagi penggunanya. PT. PGN masih menempatkan tabung gas di bagasi depan untuk motor dan bagasi belakang untuk mobil. Selain untuk kendaraan, teknologi CNG juga dimanfaatkan untuk sektor pariwisata di Bali.

 

"Kunjungan kami ke sini untuk melihat usaha CNG yang dikembangkan oleh PGN di Bali. CNG berkembang baik dan digunakan oleh sektor pariwisata termasuk hotel-hotel besar. Ini perkembangan yang positif dalam rangka transisi energi yang lebih bersih. Walau belum ada pasokan gas di Pulau Bali, tetapi dapat pasokan gas dari Surabaya. Biaya transportasi masih memenuhi keekonomian," ungkap Politisi Fraksi PAN itu.

 

Eddy menjelaskan market penerapan CNG di Bali cukup baik, sehingga cocok dikembangkan untuk tren pemanfaatan energi masa depan. Ia juga menekankan agar Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) diperhatikan dalam mengembangkan CNG ini. TKDN yang dimaksud adalah industri pembuatan tabung gasnya yang masih impor.

 

"Karena ini dimanfaatkan masyarakat secara luas, harus ada penekanan terhadap TKDN dalam proporsi yang tinggi supaya bisa dimanfaatkan juga untuk Indonesia. Misalnya, tabung yang masih impor. Bagaimana kita bisa membuat industri tabung, karena market-nya cukup besar dan prospektif bagi sektor usaha masuk ke industri tabung gas," ungkap legislator dapil Jabar III ini.(*)



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: