UIN STS Jambi - Michigan State University Adakan Simposium Internasional Bahas Arsitektur Masjid

UIN STS Jambi - Michigan State University Adakan Simposium Internasional Bahas Arsitektur Masjid

Kerjasama antara UIN STS Jambi dengan Michigan State University melalui program Collaborative Online International Learning (COIL) yang telah berjalan selama satu tahun semakin serius, dalam menjalankan tri dharma perguruan tinggi.--

JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID – Kerjasama antara UIN STS Jambi dengan Michigan State University melalui program Collaborative Online International Learning (COIL) yang telah berjalan selama satu tahun semakin serius, dalam menjalankan tri dharma perguruan tinggi.

Program COIL, mengimplementasikan pada bidang pendidikan dengan pertukaran dosen tamu dan beberapa waktu Rektor UIN STS Jambi, Prof. Dr. H. Suaidi, M.A.,Ph.D., mengisi perkuliahan di Michigan State University dan juga Prof. Salah Hassan, Direktur Global Studies Department mengajar di UIN STS Jambi melalui kelas daring.

“Pada bidang penelitian, saat ini UIN STS Jambi berkolaborasi dengan tiga departement dari Michigan State University, yakni Global Studies, Islamic Studies dan Asian Studies untuk meneliti arsitektur masjid yang ada di Indonesia khususnya Provinsi Jambi,” jelas Rektor UIN STS Jambi, Prof. Dr. H. Suaidi.,MA.,Ph.D.

Kerjasama penelitian ini ditindaklanjuti dengan Simposium Internasional dengan tema The International Symposium on Islamic Architecture, Minggu (5/3) di Ruang Amphitheater Lantai 4 Gedung Multifungsi Pelayanan Umum UIN STS Jambi.

Kegiatan simposium dihadiri oleh Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, UIN Sultan Syarif Kasim Riau, UIN Walisongo Semarang, Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Universitas Adiwangsa Jambi, Universitas Muhammadiyah Jambi serta beberapa perguruan tinggi lainnya di sekitar Provinsi Jambi.

Dijelaskan, Prof. Salah Hassan, Direktur Global Studies Michigan State University (MSU), ketertarikannya dalam meneliti tentang arsitektur masjid karena tidak ada yang tahu bagaimana masa depan Islam, apa yang bisa kita lakukan untuk Islam dan Indonesia, yang bisa kita lakukan untuk mengetahuinya, kita lakukan penelitian untuk mengenal islam yakni dengan mempelajari era keemasan islam melalui bangunan masjid. 

“Karena dengan penelitian ini kita akan mendapatkan informasi tentang teknologi dari pembangunan masjid pada era itu. Kita tahu bahwa arsitektur bukan hal yang mudah, kita bisa membangun apapun dengan arsitektur,” kata Prof. Salah Hassan.

Prof.Salah Hasan menjelaskan tentang sejarah dan perkembangan masjid di Amerika yang pertama kali berdiri pada 500 tahun lalu dibagian utara Amerika. Perkembangan islam di Amerika datang dari para Estevanico (orang Berber dari Afrika Utara yang menjelajahi Arizona dan New Mexico untuk Kerajaan Spanyol. Estevanico datang ke Amerika sebagai seorang budak penjelajah Spanyol pada abad ke 16). Lalu pada perkembangannya, seorang budak yang pintar menulis bernama ali haji yang pertama kali meminta izin kepada walikota di Amerika untuk membangun masjid pertama dan meminta sumbangan kepada para orang krisitiani, islam dan yahudi untuk membangunnya.

“Di Amerika fungsi masjid secara umum tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi dibagian lain dari masjid seperti pada basement menjadi sarana olahraga, tempat bermain anak, madrasah bahkan memiliki aula untuk umat muslim melaksanakan kegiatan,” kata Prof. Salah Hassan.

Selain itu, adapula beberapa masjid di East Lansing, Michigan awalnya merupakan gereja lalu direnovasi menjadi masjid. Jadi di Amerika ada beberapa bangunan masjid yang terilhami oleh gaya arsitektur dari middle east dan ada pula beberapa masjid yang desainnya menyerupai dari gaya arsitektur gereja. 

Lalu apakah kita peduli dengan masjid-masjid yang ada saat ini, maka dari itu kita perlu melakukan penelitian tentang ini, Beberapa arsitektur masjid yang menarik bagi Prof.Salah Hasan yakni ia akan meneliti Masjid Agung Al-Falah Jambi, Masjid Keramat Koto Tuo di Kerinci & Masjid Syaikh Utsman Tungkal. Kegiatan ini disponsori oleh Templeton Religion Trust (TRT). (uci/*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: