Bagian 11: “Red Flag Sesungguhnya”

Bagian 11: “Red Flag Sesungguhnya”

ilustrasi--

“Gua mah benci, brengsek jangan ditanya, tapi kalo kata bapak gua, nakal boleh yang buat malu itu nggak boleh”

-Juandra, apa susahnya jatuh cinta.

p.s = on repeat cintamu sepahit topi miring :v

>>>***<<<

Juandra mengurung Arsena dengan lengannya, mengapit perempuan itu dengan dinginnya dinding rumah sakit. Nafas keduanya hangat bersitemu, jarak antara keduanya sungguh mengkhawatirkan. Arsena yang terkenal dengan julukan singa betina saja bertekuk lutut. Juandra di hadapannya ini, bukan Juandra yang ia temui beberapa menit yang lalu di kamar inap Raka. Rasanya sangat salah, sebab posisi keduanya yang terlihat sangat kurang ajar, bahkan tatapan Juandra rasanya sangat tidak sopan pada Arsena, tatapan yang buat Arsena harusnya khawatir sebab setiap laki – laki itu selalu memiliki sisi liar.

“Ju…” Nafas Arsena tertahan, bicaranya tersendat – sendat, kepalanya berat berusaha menahanra bobot tubuh Juandra yang kini bertumpu pada kedua tangannya. Arsena tidak pernah merasa sekecil ini, dan Juandra berhasil buat ia merasa tidak berdaya. Juandra menikmati tiap momen bagaimana wanita dibawahnya ini terlihat linglung juga bingung, bagaimana tatapan itu tampak takut juga penasaran, rasa candu yang tidak bisa dilewatkan.

“Apa?” Juandra berbisik tepat di telinga Arsena, memberi rasa remang pada sekujur tubuh Arsena. Mati – matian Arsena berdiri tegak, sebab Juandra yang begini, buat ia susah berpikir, buat isi kepalanya buram tak beralasan, akal rasionalnya kalah dari rasa dalam dirinya yang tak bisa ia paparkan.

“Raka nggak bermaksud buat bilang itu ke lo, dia mungkin…lo tahu kita terbiasa buat berdua sedari dulu, dia anak tunggal, dia cuma nggak suka—” 

“Nggak suka apa? Nggak suka mainannya diambil sama orang lain?” Arsena melihat Juandra dengan tatapan bertanya.

“M—ma—mainan?” Arsena bertanya tidak terima.

“Iya, itu kan lo.” Ujar Juandra, tersenyum miring menatap Arsena remah.

Arsena marah, bersiap melayangkan tangannya pada mulut Juandra yang sepertinya lama tidak diajari tata krama, “lo—” Arsena menatap Juandra nyalang, sebab tangannya yang tertahan dengan jarak beberapa centi saja dari wajah Juandra.


Ari Hardianah Harahap--

“Lo tau nggak apa yang menyenangkan dari hubungan ini,” Bisik Juadra, kali ini Juandra menghabiskan jaraknya dengan Arsena, membuat pandangan dirinya tampak memeluk Arsena dengan erat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: