Perjalanan Kapolres Kerinci Jalan Kaki 17 Jam Menembus Hutan Rimba Lokasi Kecelakaan Kapolda Jambi

Perjalanan Kapolres Kerinci Jalan Kaki 17 Jam Menembus Hutan Rimba Lokasi Kecelakaan Kapolda Jambi

Kapolres Kerinci AKBP Patria Yuda Rahadian saat mengevakuasi rombongan Kapolda Jambi di Bukit Tamiai. Foto : Humas Polda Jambi--

KERINCI, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Namanya  AKBP Patria Yuda Rahadian. Sesaat setelah helikopter Polda Jambi jatuh di Bukit Tamiai Kerinci, dia adalah pejabat polri yang paling duluan ke lokasi kejadian. 

 

Patria Yuda adalah Kapolres Kerinci. Di wilayah hukum pimpinannya lah, heli yang membawa rombongan Kapolda Jambi jatuh. 

 

Begitu mengetahui Kapolda Jambi mengalami kecelakan, Patria Yuda dan anak buahnya langsung bergerak ke Desa Tamiai Kecamatan Batang Merangin Kerinci. 

 

Berkoordinasi sebentar dengan warga setempat, Patria Yuda kemudian langsung memimpin rombongan, hendak menuju titik koordinat kejadian. 

 

Bukan perkara mudah, ternyata lokasi heli jatuh bukanlah jalur umum. Bukan kebun warga, bukan pula hutan biasa, itu adalah hutan rimba yang semaknya minta ampun, pohonnya besar dan jauh dari desa. 

 

Jangankan mobil, motor trail saja tak bisa menjangkau lokasi ini. “Harus jalan kaki, biasanya bisa sampe dua hari,” begitu kata Mukhlas, Kepala Desa Tamiai menggambarkan Bukit Tamiai.

 

Sebelum berangkat Patria Yuda sempat diingatkan oleh warga Desa Tamiai. Ada cerita mistis juga, bahwa siapa yang masuk ke sana bisa hilang tak tau jalan pulang.

 

Bukan cerita kosong juga karena menurut Kepala Desa Tamiai, itu sudah pernah terjadi. Itu kawasan si Hijau!

 

Rupanya cerita warga tak menyurutkan langkah mantan Kapolres Empat Lawang Sumsel itu untuk bergerak, yang ia ingat hanyalah, harus segera sampai tujuan, ke titik koordinat lokasi helikopter Polda Jambi, mendarat darurat. 

 

Saat awal kejadian, kata mendarat darurat memang masih digunakan, pun oleh Polda Jambi sendiri. Kabag Humas Polda Jambi saat dikejar-kejar wartawan, juga mengatakan itu mendarat darurat. 

 

Terakhir Polri sendiri yang mengganti kata itu menjadi “jatuh”. Pertama kali di akun resmi Facebook Divisi Humas Polri yang sudah centang biru. 

 

Soal mendarat darurat, ini memang jadi pembahasan banyak orang, bahkan pengamat penerbangan Alvin Lie juga meragukan heli yang membawa 8 orang itu mendarat darurat. 

 

Itu jenis heli Super Bell 412 SP yang bisa vertical take off dan vertical landing. “Mendarat di sawah pun bisa,” ujar Alvin dalam sebuah wawancara.

 

“Kalau sampai mendarat di hutan ini berarti dalam kondisi yang sangat mendesak dan tak sempat lagi mencari tanah lapang, saya meragukan ini adalah pendaratan darurat,” lanjutnya. 

 

Tapi Kapolres Kerinci saat kejadian, sebenarnya tidak peduli apakah mendarat darurat apa jatuh atau bergelantung di pohon, yang dia tahu, bos nya sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja di hutan sana.

 

Apapun halangannya, cerita mistis kawasan si Hijau, jalan kaki dua hari, tidak ada jalur manusia, itu ia abaikan. Ia memutuskan harus berangkat, hari itu juga, Hari Minggu, 19 Februari 2023, masuk hutan. 

 

Menunggu helikopter ke titik kejadian tentu bukan opsi yang benar, Bukit Tamiai itu banyak lembah, kabut awannya tumbuh setiap saat, tebal sekali. Dan terbukti, saat Kapolres sudah berangkat ke hutan. Helikopter bantuan sampai hingga sore pun! belum bisa menuju lokasi. 

 

Perjalanan pun dimulai, bergerak pukul 13:00, Kapolres Kerinci ini memimpin rombongan yang berjumlah 12 orang melalui sebuah desa bernama Jembatan Payung 

 

Sebelum masuk pintu rimba, rombongan ini masih diantar oleh warga sekitar, menggunakan motor trail sekitar 1 jam perjalanan. 

 

Hingga kemudian, bertemu juga pintu rimba,  tak lagi bisa dilalui motor, harus jalan kaki. 

 

Humas Polres Kerinci, Endriadi mengatakan, sebelum berangkat Kapolres memang telah berkali-kali mewanti anggotanya, bahwa perjalanan tidak akan berhenti, sampai bertemu titik lokasi. Hujan sekalipun.

 

Menempuh jalur asing, siang pun terasa tidak terang, hutannya lebat dan semaknya rapat, matahari tidak maksimal menembus daratan. 

 

Yuda Rahadian sebagai komandan dalam operasional evakuasi jalur darat ini, mengandalkan GPS heli di lokasi kejadian, memandu perjalanan agar tidak belok-belok dan kesasar. 

 

Membawa peralatan seadanya seperti parang untuk menebas semak dan juga bekal makanan dan stok bantuan untuk para korban.

 

Tak semudah yang dibayangkan, bukan hutan dataran yang ditemui, lebih banyak bukit dan lereng yang harus dilewati. Tentu juga khawatir akan bertemu hewan buas karena itu wilayah yang belum pernah dijamah manusia. Itu kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, konon ada banyak ninik di sana, Harimau Sumatera.  

 

Berjumlah 12 orang, setelah lebih dari separuh perjalanan, ternyata tak semua kuat mendaki dan menurun dalam kondisi cuaca yang sangat dingin. 

 

Sekitar pukul 02.00 dini hari, tiga orang dari rombongan mengalami masalah. Kakinya keram, tak bisa digerakkan dan tak bisa melanjutkan perjalanan. Jadi bagaimana?

 

Misi ternyata harus tetap dilanjutkan, 9 orang yang masih kuat termasuk Kapolres, melanjutkan perjalanan. Melihat dari peta digital ternyata malam itu perjalanan masih cukup jauh, 2 kilometer lagi, bukit dan pegunungan.  

 

Tak berhenti, sembilan orang ini pun kemudian pukul 04:00 subuh semakin mendekati koordinat. Pukul 10:00 pagi, Kabid Humas Polda Jambi, Kombes Pol Mulia Prianto mengumumkan bahwa rombongan tim evakuasi jalur darat telah sampai di lokasi, telah bertemu Kapolda Jambi dan rombongan. 

 

Benar saja, sampai di lokasi tim inilah yang menjadi penolong pertama bagi 8 korban kecelakaan itu. Helikopter belum juga melakukan evakuasi karena kabut awan semakin tebal. 

 

Sebenarnya ada beberapa kali upaya dilakukan sejak hari pertama kejadian, namun hanya dua kali heli yang berhasil masuk. 

 

Pertama pada hari kedua, itupun baru bisa mengantar selimut, makanan, powerbank dan minuman dari ketinggian di atas 5000 kaki. Kemudian siang hari saat menurunkan dua dokter dan 4 personil dari Brimob dan Basarnas. 

 

Sisanya, heli hanya bisa berputar-putar di udara, mendekat lalu putar lagi, menghilang tapi untuk kembali.

 

Setelah lebih dari 70 jam, akhirnya berhasil juga evakuasi dilakukan. Helikopter Puma milik TNI AU, dikerahkan mengangkut para korban, membawa mereka ke posko transit di kabupaten Merangin untuk diterbangkan kembali ke Kota Jambi.

 

Tapi perjuangan tim evakuasi darat belum usai, setelah semua korban berhasil dievakuasi, tim jalur darat pun harus kembali keluar dari Hutan Tamiai. 

 

Pukul 17.10 WIB semua kembali menempuh Hutan Tamiai dengan berjalan kaki.

 

Jika pergi menghabiskan waktu 17 jam, kembali ke desa rombongan Kapolres Kerinci ini hanya butuh aktu 10 jam. 

 

Menurut Kapolsek Batang Merangin, Iptu Julisman, rombongan telah sampai ke Desa Tamiai pukul 2.00 malam.

 

Tak mulus juga, perjalanan keluar dari hutan, ada empat lagi anggota yang mengalami kram kaki karena kelelahan melewati medan yang curam dan cukup jauh. 

 

"Memang ada yang keram, semua 26 orang sudah turun semua. Rombongan 1 dan rombongan 2,” lanjutnya.

 

Sementara itu, semua korban juga telah dirawat di RS Bhayangkara Jambi. 

 

Kata Kapolri Listyo Sigit Prabowo, lebih 1000 orang yang terlibat dalam proses evakuasi ini.

 

“Terima kasih kepada seluruh personel Polri, rekan-rekan TNI AU, jajaran Korem 042/Garuda Putih, Kopasgat TNI AU, Basarnas, Angkasa Pura, BMKG, BPBD, Forkopimda Provinsi dan Kabupaten, PMI, tim paramedis, serta seluruh masyarakat yang telah bekerja keras mengerahkan segenap kemampuan dan sarana prasarana sehingga proses evakuasi dapat berjalan lancar,” ujar Kapolri. 

 

Dan akhirnya, misi penyelamatan pun selesai, kini semua tinggal berharap Kapolda dan semua korban lainnya lekas pulih, dan kini semua tinggal menunggu musabab, kenapa heli itu memutuskan, “mendarat darurat”. Kata Kapolri sih, tunggu saja, jadi baiknya ya kita tunggu saja. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: