Sibuk Urus Truk Terguling di Jalanan, Produksi Batu Bara Jambi Sudah Jauh Ketinggalan, Kapan Tiru Kalimantan?

Sibuk Urus Truk Terguling di Jalanan, Produksi Batu Bara Jambi Sudah Jauh Ketinggalan, Kapan Tiru Kalimantan?

JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID- Pemerintah Provinsi Jambi hingga saat ini masih sibuk menertibkan angkutan truk batu bara yang melintas menggunakan jalan raya umum. 

Jambi memang unik, memiliki banyak lokasi tambang namun belum juga memiliki jalan khusus untuk mendistribusikan hasil produksinya hingga ke pelabuhan. 

Pemerintah telah mencoba melakukan berbagai strategi agar lintasan angkutan batu bara ini tidak mengganggu pengguna jalan lain dan tidak mengganggu jumlah produksi batu bara itu sendiri. 

Namun nyatanya, masih belum juga menemukan titik temu. Jalanan masih macet, mulut tambang masih mengular antrian truk yang hendak memuat hasil produksi, dan berbagai masalah lain yang terus terjadi, belum lagi kecelakaan, truk yang rusak, patah as, pemerintah masih sbuk urus truk terguling di jalanan dan banyak konflik sosial lainnya. 

Bercermin dari situasi 2022, produksi batu bara Jambi ternyata juga jauh ketinggalan dari harapan, tidak capai target. 

 

Tahun 2022 Kementerian ESDM menaikkan target produksi batu bara Jambi dengan memberikan kuota produksi hingga 42 juta ton per tahun. 

 

Namun sayang, data yang diperoleh Jambi Ekspres melalui Kepala Dinas ESDM Provinsi Jambi Harry Endria, realisasi produksi batu bara Jambi selama setahun hingga penghujung 2022 baru tercapai 13 juta ton, ini sangat jauh dari kuota yang diberikan atau sekitar 70 persen dari kuota yang diberikan tidak berjalan.

 

Terkait cadangan, batu bara Jambi kata Harry masih sangat berlimpah. Data dari kementerian ESDM, cadangan batu bara Jambi mencapai 1,9 miliar ton. Sebenarnya cadangan bukan hambatan bagi Jambi untuk bisa menaikkan target produksi, karena cadangan yang ada itu kata Harry masih bisa untuk 100 tahun lagi.

 

Gegara apa target produksi tidak tercapai? Kepala Dinas ESDM Provinsi Jambi Harry Endria,  salah satunya adalah karena masalah transportasi. 

 

Angkutan batu bara memang menjadi masalah utama dalam bisnis emas hitam di Jambi. Manajemen angkutan batu bara Jambi sangat terbatas karena masih menggunakan jalan raya umum dari mulut tambang menuju TUKS di Pelabuhan Talang Duku, tidak punya jalan khusus. 

 

Waktu yang dihabiskan untuk mengantarkan batu bara dari mulut tambang ke Pelabuhan Talang Duku Muaro Jambi sangat panjang dan lama, kata Harry memakan waktu lebih dari satu hari, dan ini mempengaruhi jumlah produksi di lokasi tambang.

 

Meski jalan khusus batu bara Jambi telah mulai dibangun, namun berbagai masalah masih dihadapi salah satunya adalah pembebasan lahan, itu sebabnya sampai hari ini jalur khusus batu bara belum juga rampung.

 

Berbagai cara telah dilakukan Pemerintah Provinsi Jambi untuk mengatasi polemik angkutan batu bara Jambi agar bisa memaksimalkan angkutan batu bara melalui jalan raya umum,

 

Strategi Baru Harapan Baru  

Kata Kepala Dishub Provinsi Jambi Ismed Wijaya, terdekat akan diberlakukan strategi baru bagi angkutan batu bara Jambi. Akan ada  Sticker khusus ditempel pada 9.476 Angkutan Batu Bara Jambi untuk kelancaran perjalanan dari mulut tambang ke pelabuhan. 

 

Truk yang mendapatkan stiker adalah transportir resmi yang berkontrak dengan Pemegang IUP OP. Namanya Stiker Nomor Lambung. Stiker nomor lambung ini sekaligus menjadi uji coba pemerintah agar angkutan batu bara ini dalam perjalanannya bisa dilakukan penertiban dan pengawasan. 

 

Angkutan batu bara Jambi yang memakai stiker resmi ini, akan mengikuti rekayasa lalu lintas yang disiapkan pemerintah, khususnya lalu lintas jalan raya publik. 

 

Angkutan batu bara berstiker ini akan antri di  kantong parkir yang dibangun di Simpang Terusan Kabupaten Batanghari. Tujuan truk-truk ini parkit agar antri di pelabuhan bongkar muat dan menunggu kendaraan yang hendak kembali ke mulut tambang bisa lebih teratur dan tidak memakan jalan raya umum.

 

Uji coba mekanisme berstiker ini akan mulai dilaksanakan Januari 2023 ini. Apabila masih gagal, masih menimbulkan kemacetan, maka pemerintah Provinsi Jambi kata Ismed Wijaya akan menerapkan opsi berikutnya. 

 

Opsi kedua adalah menerapkan sistem genap ganjil dan pembatasan harian kendaraan. Jumlah kendaraan angkutan batu bara Jambi yang hampir 10.000 unit itu tidak akan bisa beroperasi seluruhnya. Dampaknya, kembali ke jumlah produksi batu bara yang tentu tidak akan bisa dimaksimalkan kembali. 

 

Sejauh ini perusahaan yang sudah terdata sebagai transportir angkutan batu bara Jambi ada 25 perusahaan, data ini kata Ismed masih bisa bertambah hingga akhir tahun ini karena masih ada yang belum registrasi. 

 

Kapolda Minta Jambi Belajar dari Kalimantan

Kapolda Jambi Irjen Pol Rusdi Hartono memberi masukan untuk penanganan polemik batu bara di Jambi.

Menurut Irjen Pol Rusdi, Provinsi Jambi harus mencontoh, tiru Kalimantan. "Bisa mencontoh Kalimantan Selatan atau Kalimantan Timur,"ujarnya kepada Jambi Ekspres saat berkunjung ke Graha Pena Jambi Ekspres Selasa (25/10).

Menurut Jenderal Bintang Dua kelahiran Jakarta ini, di Pulau Kalimantan perusahaan batu bara yang membuka tambang diwajibkan harus membuat jalan sendiri. Sehingga saat mengangkut hasil tambang tidak menggunakan jalan negara.

"Itulah mengapa di Kalimantan terkait penanganan batu bara tidak masalah dengan masyarakat. Jadi sebaiknya Provinsi Jambi bisa memcontoh itu,"ungkapnya saat diskusi dengan tim redaksi Jambi Ekspres. (and/raf/dpc)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: