Dr Tony : Bau Busuk Organisasi Kedokteran Indonesia Tercium Sampai Singapura
Dr Tony Setiobudi. Foto : spring-hope.com--
SINGAPURA, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Upaya pemerintah memperbaiki sistem kesehatan di Indonesia dihalangi oleh organisasi profesi (organisasi kedokteran Indonesia). Demikian caption yang ditulis Dr Tony Setiobudi di akun Tik Toknya.
Dr. Tony Setiobudi adalah dokter ortopedi (tulang) asal Indonesia yang praktek di Mount Elizabeth Hospital di Singapura. Ia merupakan lulusan dokter dari Australia dan Inggris.
Dr Tony bukan orang asing di dunia kedokteran Indonesia, sebelumnya ia juga sempat viral setelah videonya di youtube mengkritisi sistem kesehatan di Indonesia tersebar di beberapa group whatsapp.
Terbaru, video Dr Tony kembali viral, saat ia memberi kabar bahwa masalah terkait dunia kedokteran Indonesia telah masuk dalam salah satu media ternama Singapura bernama The Straits Times, Bau Busuk Organisasi Kedokteran Indonesia Tercium Sampai Singapura, kata Tony.
“Yang disoroti adalah pemerintah punya upaya untuk memperbaiki sistem kesehatan di Indonesia tapi ada resisten dari organisasi profesi,” ujar Dr Tony.
Dr Tony juga membacakan highlight berita yang tayang tersebut. Berita berjudul Indonesia’s Effort to Improve health Sector Encounter Resistance itu isinya kurang lebih begini : Country’s powerful doctor association controls who can practice medicine.
Tanpa menyebut nama organisasi profesi yang dimaksud, kata Dr Tony tentunya sebuah organisasi profesi punya power yang begitu besar. “Dapat menentukan, siapa yang boleh praktek dan siapa yang tidak boleh praktek sebagai dokter,” tegasnya. Menurutnya ini adalah sebuah keanehan yang sangat luar biasa jika didengar oleh orang Singapura.
Tak hanya itu, di video yang lain, Dr Tony juga menulis : Dagelan organisasi profesi kedokteran dalam negeri sudah menjadi sorotan di luar negeri.
“Di Indonesia ini lagi bermanuver untuk menentang omnibus law kesehatan, dalihnya adalah untuk melindungi masyarakat dan untuk melindungi dokter,” lanjutnya. Tapi menurut Dr Tony itu semua adalah bullshit, ujung-ujungnya adalah untuk mempertahankan kekuasaan dan penghasilan di organisasi profesi ini.
“Kalau dilihat dari luar negeri yang punya tatanan dan sistem kesehatan yang lebih waras, apa yang dilakukan oleh organisasi profesi ini sebenarnya adalah sebuah dagelan yang kalau dibilang lucu ya ngga lucu, kalau dijual pun, dijual seperti sinetron ini ngga laku,” lanjutnya.
Dr Tony dalam sebuah media nasional pernah mengatakan, hobinya mengkritisi dunia kedokteran Indonesia sebenarnya bertujuan untuk kemajuan Indonesia dan bukan bermaksud menghina atau menyakiti kelompok tertentu.
Sebelum ini, video Tony yang lain memang pernah viral. Waktu itu Dr Tony membahas terkait ketidakadilan yang terjadi di dunia kedokteran Indonesia. Ia melihat diskriminasi telah terjadi.
Diskriminalisasi di dunia kedokteran kata Dr Tony banyak dialami oleh kaum minoritas dan orang miskin.
Bukan sebuah rahasia lagi, diskriminasi itu kata Dr Tony bahkan sudah sangat terang-terangan. “Pertanyaan saya, apakah ada upaya dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) untuk mengeradikasi (memerangi) tindakan diskriminatif seperti ini?” katanya.
Contoh kriminalitas dan ketidakadilan yang ia maksud, ketika mengenyam pendidikan kedokteran menjadi sulit bagi kaum minoritas karena biaya kuliah kedokteran di Indonesia cukup tinggi.
“Orang miskin susah masuk ke fakultas kedokteran karena biaya masuk yang sangat tinggi walaupun mereka pintar. Masuk pendidikan spesialis juga begitu perlu ratusan juta, siapa yang bisa bayar kalau tidak kaya? Praktik-praktik diskriminatif ini tidak akan menghasilkan dokter-dokter yang terbaik,” ujarnya di video tersebut.
Ia sendiri sebagai alumni kedokteran dari perguruan tinggi di Australia, juga mengaku menerima perlakuan diskriminasi ketika ia ingin kembali dan bekerja ke Indonesia, beberapa aturan yang diberlakukan nilainya tidak jelas, ini membuat ia ragu.
Adapun kritikan dan masukan yang sering ia gaungkan melalui saluran youtube maupun Tik Toknya, itu semua kata Tony bukan bermaksud menghina organisasi profesi kedokteran di Indonesia tapi untuk membangun Indonesia. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: