Analis Sawit Singapura: Pemangku Kebijakan Sawit Jangan Sering Curhat di Medsos

Analis Sawit Singapura: Pemangku Kebijakan Sawit Jangan Sering Curhat di Medsos

Ekonom Singapura Khor Yu Leng Sebut Pasar Eropa Bias dan Tidak Adil terhadap Sawit--

NUSA DUA, JAMBIEKSPRES.CO.ID- Khor Yu Leng, analis sawit asal Singapua  menyarankan pemangku kepentingan (stake holder) sawit di Indonesia jangan terlalu sering curhat di sosial media terkait berbagai hambatan.

“Banyak pemangku kepentingan sawit yang doyan curhat di media sosial terkait berbagai hambatan yang dialami. Ini menunjukkan masih banyak orang yang tidak percaya diri dengan kehebatan produk sawit Indonesia,” kata Khor Yu Leng dalam konferensi sawit dunia, IPOC 2022 di Nusa Dua Bali, Kamis 4 November 2022.

Khor Yu Leng menilai, kampanye negatif merupakan hal biasa sebagai bagian dari persaingan dagang minyak nabati dunia.

Justru yang harus dilakukan para pemangku kepentingan sawit adalah mengampanyekan produk sawit dan turunan secara percaya diri kepada dunia.

“Percayalah, sawit merupakan produk unik yang hanya dimiliki Indonesia dan membuat iri banyak negara. Karena itu harus dikampanyekan secara positif,” kata Khor Yu Leng

Menurut Regional Economist, Segi Enam Advisors Singapura, pasar Uni Eropa (UE) selama ini bias dan tidak adil dalam penerimaan terhadap minyak sawit.

Namun di satu sisi mereka (EU) membutuhkan minyak sawit Indonesia.

Karena itu, kata Khor Yu Leng, ini saatnya Indonesia perlu merumuskan strategi dan kebijakan dalam pengelolaan minyak nabati untuk memperkuat ketahanan pangan dan energi di tingkat global.

"Dalam tingkat teknis, para pemangku kepentingan harus bisa merumuskan rencana aksi masing-masing stakeholder dalam rangka peningkatan produktivitas, jaminan pemenuhan kebutuhan global, dan penguatan rantai pasok minyak nabati," kata  Khor Yu Leng

Pemangku kepentingan, kata Khor Yu Leng harus menjadikan momentun G 20 sebagai batu lompatan bagi Indonesia untuk terus terlibat dan berperan aktif dalam diskusi dan aksi global dalam menyelesaikan berbagai masalah dan tantangan yang dihadapi masyarakat dunia.

"Ini karena forum G20 akan memberikan dampak positif dalam menggerakkan perekonomian Indonesia untuk mampu terus menyuplai kebutuhan pangan dan energi di tingkat global di tengah adanya disrupsi rantai pasokan minyak nabati, akibat pandemi Covid-19 dan konflik geopolitik Rusia dan Ukraina,” kata Khor Yu Leng. (van)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: