Pernah jadi Area Prostitusi, Masjid Jakarta Islamic Centre yang Kubahnya Terbakar Punya Segudang Cerita

Pernah jadi Area Prostitusi, Masjid Jakarta Islamic Centre yang Kubahnya Terbakar Punya Segudang Cerita

Kebakaran kubah Masjid Raya Jakarta Islamic Center, Koja, Jakarta Utara. (ist)--

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Kubah Masjid Jakarta Islamic Centre kebakaran. Musibah ini terjadi pada Rabu, 19 Oktober 2022, sekitar pukul 15.15 WIB.

Terlihat asap hitam melambung ke udara imbas kebakaran tersebut. Bahkan sederet masyarakat yang melintas turut berhenti sejenak untuk melihat peristiwa ini.

Bercerita tentang mesjid ini, ternyata memiliki segudang cerita menarik. Sebelum dibangun, lokasi masjid ini tersebut pernah jadi tempat maksiat yang dihuni 1.615 Pekerja Seks Komersial (PSK).

Lokasi tanah sebelum Masjid Jakarta Islamic Center dibangun, semula merupakan tempat prostitusi di Kramat Tunggak dengan nama sebuah Panti Sosial Karya Wanita (PKSW) Teratai Harapan Kramat Tunggak, yang terletak di jalan Kramat Jaya RW 19, Tugu Utara, Koja, Kotamadya Jakarta Utara.

Dilansir dari situs resmi Masjid Jakarta Islamic Center, areal tersebut tepatnya menempati lahan seluas 109.435 m2 yang terdiri dari sembilan Rukun Tetangga (RT).

Kramat Tunggak, kemashurannya tidak saja terkenal di Indonesia, namun juga terkenal hingga ke seluruh Asia Tenggara sebagai pusat jajan terbesar bagi kaum hidung belang.

Saat awal pembukaannya pada 1970-an, terdapat 300 orang Wanita Tuna Susila (WTS) atau PSK dengan 76 orang germo. Jumlah ini terus bertambah seiring bertambah bulan dan tahun.

Menjelang akhir ditutupnya tempat prostitusi Kramat Tunggak 1999, jumlahnya mencapai 1.615 orang Wanita Tuna Susila (WTS) atau PSK di bawah asuhan 258 orang germo atau mucikari. Mereka tinggal di 277 unit bangunan yang memiliki 3.546 kamar.

Artinya, lokalisasi ini tumbuh dan berkembang dengan pesat yang akhirnya menimbulkan masalah baru pada masyarakat di lingkungan sekitarnya.

Tak hanya itu citra Jakarta yang tidak bisa dipisahkan dari sejarahnya sebagai sebuah kebudayaan Betawi.

Terlebih kultur Betawi sangat identik sebagai komunitas Islam yang terbuka, bersemangat multikultur, toleran dan sangat mencintai Islam sebagai identitas utama kebudayaan mereka.

Kondisi demikian ini menimbulkan desakan yang tidak henti-hentinya dari ulama dan masyarakat agar Panti Sosial Karya Wanita (PKSW) Teratai Harapan Kramat Tunggak ditutup.

Adanya desakan yang semakin menguat tersebut pada akhirnya dilakukan penelitian oleh Dinas Sosial bersama Universitas Indonesia untuk tentang sejauhmana penolakan masyarakat terhadap PKSW Teratai Harapan Kramat Tunggak.

Dari hasil penelitian tersebut, pada 1997 direkomendasikan agar tempat prostitusi tersebut ditutup.

Pada 1998 dikeluarkan SK Gubernur KDKI Jakarta No. 495/1998 tentang penutupan panti sosial tersebut selambat-lambatnya akhir Desember 1999. 

Pada 31 Desember 1999, tempat prostitusi Kramat Tunggak secara resmi ditutup melalui SK Gubernur KDKI Jakarta No. 6485/1998.

elanjutnya Pemda Provinsi DKI Jakarta melakukan pembebasan lahan eks prostitusi Kramat Tunggak. Kini tempat tersebut menjadi pusat peradaban Islam terbesar.

 

Artikel ini telah tayang di fin.co.id

Dengan judul : 

Terbakar Hebat, Kubah Masjid Raya Jakarta Islamic Center Ambruk

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: