Sri Mulyani: Harga Pertalite Seharusnya Rp 14.450/Liter

Sri Mulyani: Harga Pertalite Seharusnya Rp 14.450/Liter

Harga BBM di Indonesia dianggap masih murah karena masih disubsidi oleh pemerintah. Foto : pertamina.com--

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Pertalite yang saat ini berada pada harga Rp7.650/liter, maka dengan ICP US$105 dan kurs nilai tukar Rp14.700 harga keekonomiannya seharusnya Rp14.450/liter. Artinya, harga Pertalite sekarang ini hanya 53% dari yang seharusnya.

Sejak menyampaikan tambahan subsidi dan kompensasi untuk BBM dan listrik kepada DPR, Sri Mulyani menyebut harga minyak mentah dan ICP tidak kunjung turun, justru menunjukkan tren yang semakin meningkat.

Melihat outlook harga minyak sampai dengan akhir tahun yang diterbitkan oleh EIA menunjukkan harga minyak di US$104,8/barel dan berdasarkan forecast konsensus harga minyak bahkan mencapai US$105.

“Jadi waktu kita membuat Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2022 yang sudah dibahas dengan DPR dengan harga minyak US$100/barel, jelas bahwa menurut forecast dari konsensus maupun dari energi organization itu US$100/barel itu lebih rendah dari kemungkinan realisasi. Hari ini pun kita juga lihat harga minyak juga masih di atas US$100,” ungkap Menkeu pada Konferensi Pers yang diselenggarakan secara hybrid, Jumat (26/08).

Namun demikian meski harga minyak mentah dan ICP terus meningkat, harga jual eceran (HJE) energi untuk masyarakat tidak berubah. HJE karena adanya subsidi Pemerintah jauh lebih rendah dibandingkan harga keekonomiannya.

Sementara itu, LPG yang sekarang harga jual per kilo adalah Rp4.250 kalau mengikuti harga saat ini harusnya berada di angka Rp18.500/kg. Jadi setiap kg LPG, konsumen mendapatkan subsidi Rp14.250.

“Jadi kalau setiap kali beli LPG 3kg, kita bayangkan maka mereka mendapatkan Rp42.000 lebih,” terangnya.

Khusus untuk anggaran subsidi BBM saja, Sri Mulyani mengatakan terjadi pembengkakan yang luar biasa, yakni dari Rp 18,5 triliun menjadi Rp 252,5 triliun.

"Ini untuk menahan syok harga dari luar karena ada perang. Kalau tidak ada shock absorber langsung menghantam ekonomi dan masyarakat. Mungkin ekonomi kita situasi berat. Maka APBN meredamnya dengan menambah jadi Rp 502,4 untuk subsidi BBM, LPG, listrik," kuncinya. (dra/fajar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: www.fajar.co.id