>

Kurs Rupiah 1 Agustus 2022 Akankah Menguat?

Kurs Rupiah 1 Agustus 2022 Akankah Menguat?

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO.ID -- Kurs rupiah 1 Agustus 2022 berpeluang menguat. Hal itu terjadi karena meredanya ekspektasi pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga bank sentral Amerika, Federal Reserve alias The Fed. 

Sebagaimana diketahui, The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis points (bps) ke kisaran 2,25 persen-2,5 persen, Kamis pekan lalu. 

Kenaikan suku bunga acuan ini terjadi untuk keempat kalinya sejak awal tahun. Jika diakumulasikan, kenaikan suku bunga The Fed telah mencapai 225 bps selama periode Januari-Juli 2022

Mengutip data Bloomberg, Senin 1 Agustus 2022 pukul 09.15 WIB, kurs rupiah tengah diperdagangkan pada level Rp14.863 per dolar AS, melemah 29 poin atau 0,20 persen apabila dibandingkan dengan posisi penutupan pasar spot pada Jumat 29 Juli 2022 di level Rp14.834 per dolar AS.

Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra mengatakan rupiah masih berpotensi menguat terhadap dolar AS hari ini, dengan meredanya ekspektasi pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan AS yang lebih agresif di sisa tahun ini.

"Pasca pengumuman keputusan kebijakan Moneter Bank Sentral AS pekan lalu, dollar AS mendapatkan tekanan terhadap nilai tukar lainnya karena bank sentral tidak memberikan ketegasan mengenai kebijakan kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif ke depannya," kata Ariston dalam keterangan tertulis, Senin pagi....

Apalagi kemudian, data PDB AS Q2 2022 dirilis negatif yang artinya ekonomi AS secara teknikal mengalami resesi.

"Kondisi resesi bisa membatasi gerak the Fed untuk lebih agresif menaikan suku Bunga acuan nya," ujar Ariston.

AS secara definisi telah mengalami resesi. Negeri Paman Sam tersebut mencatatkan pertumbuhan negatif dua kali berturut-turut selama dua kuartal dalam tahun yang sama.

Dalam pengumuman terbaru Biro Statistik, produk domestik bruto (PDB) AS pada kuartal II/2022 kontraksi atau negatif 0,9 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Padahal di kuartal I/2022 yoy, pertumbuhan pun tercatat negatif sebesar 1,6 persen.

"Dari dalam negeri, pasar akan memperhatikan rilis data inflasi bulan Juli. Inflasi yang masih terkendali, di kisaran 4 persen, bisa mendukung penguatan rupiah," tambah Aristo.

Di sisi lain, batang-batang resesi global dan lockdown China karena COVID masih memberikan sentimen negatif ke pasar aset berisiko. Penguatan rupiah bisa tertahan karena ini.

"Potensi penguatan ke arah Rp14.800 per dolar AS, sementara resisten di kisaran Rp14.860 per dolar AS," pungkas Ariston. (fin.co.id)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: