‘Serial’ Polisi Tembak Polisi Bikin Jokowi dan Dahlan Iskan Penasaran, Publik Nunggu Endingnya

‘Serial’ Polisi Tembak Polisi Bikin Jokowi dan Dahlan Iskan Penasaran, Publik Nunggu Endingnya

JAMBIEKSPRES.CO.ID - Sudah 2 kali Presiden Jokowi menanggapi ‘drama’ polisi tembak polisi yang kian menarik untuk disimak.

Penegasannya datar, singkat, tapi membuat para jenderal yang biasa 'nongkrong' di Jl Trunojoyo, Selong, Jakarta Selatan itu belingsatan. Pasalnya, ini yang bicara orang nomor satu di republik ini. 

Sementara Dahlan Iskan, sudah 3 kali meluapkan 'kegenitannya' lewat tulisan-tulisan yang kerap dilansir banyak media soal tragedi petang berdarah, di Komplek Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan itu.

Antara Jokowi dan Dahlan Iskan sebenarnya sama-sama penasaran. Bedanya, Jokowi menanggapi sentimen publik yang berkaitan dengan langkah Polri dalam pengusutan kasus tewasnya Brigadir J. Sedangkan Dahlan Iskan lebih tertarik pada jalannya cerita hingga ‘arus liar’ yang bermain di ruang media sosial.

“Intinya keduanya sama-sama penasaran. Saya kok yakin, Pak Jokowi penasaran setelah ditanya wartawan. Kalau Pak Dahlan lebih pada alur cerita yang diserepetin ke isu-isu liar di medsos,” tutur Jerry Massie lewat sambungan telepon, Jumat 22 Juli 2022.  

“Saya sudah 3 kali lho baca tulisan Pak Dahlan. Ya soal ‘drama’ (polisi tembak polisi) ini. Dari yang judulnya "otopsi ulang", "bisik-bisik kertas", sampai hari ini "Singel Image" yang menuturkan cerita fiktif di kanal Youtube unhggahan akun Yogyasmoro. Tuntas saya baca, dan saya yakin sebagai seorang jurnalis beliau penasaran, andingnya itu lho ditunggu,” tutur Jerry.

 

Jerry juga menerka, baik Jokowi dan Dahlan Iskan mempunyai kesamaan prediksi bagaimana ending ‘drama’ polisi tembak polisi itu. “Cuma kan ndak mungkin tho disampaikan vulgar. Diserempet-serempetin dikit saja biar tambah asoy,” ucap Jerry.

Statmen Jokowi pertama sangat datar kata Jerry. Simpel, sangat jelan menunjukan pribadi yang tak mau bertele-tele.

“Ndak panjang-panjang tho. Intinya proses hukum. Nah pernyataan kedua agak lebih panjang sedikit, ya kira-kira 2 menitlah. Intinya menyangkut kewibaan Polri. Nah coba besok-besok, rekan-rekan wartawan tanya lagi, ‘Pak penasaran gak sama endingnya, saya yakin dia pasti mengangukan kepala,” ujar Jerry seraya tertawa.

Nah dalam tulisannya berjudul ‘Singel Image’ hari ini, mernurut Dahlan Iskan seorang wartawan sejati tidak akan bisa bersaing dengan model media seperti itu (video di kanal Youtube Yogyasmoro).

Kalau itu memang karya fiksi sambung Dahlan, mengapa begitu mirip, seperti bagian dari orang dalam.

“Kalau itu bukan fiksi, dia harus mendapat hadiah jurnalistik Adinegoro. Berarti pembuat single image itu mendapat informasi dari sumber terdekat dengan peristiwa itu,” tulis Dahlan   

Tapi Yogyasmoro menegaskan itu fiksi. Judulnya: Tamatnya Karir Sang Jenderal Polisi.

Bisakah karya seperti itu dituntut? Tentu sambung Dahlan. Karya apa pun bisa dituntut. Tapi siapa yang akan menuntut? Tentu pihak yang merasa dirugikan. Siapa yang dirugikan?

“Yang dirugikan pers dan masyarakat luas,” jawab Ilham Bintang, wartawan senior pemilik media Cek&Ricek. 

Ternyata, sambung Dahlan, Ilham Bintang sudah lebih dulu melihat single image tersebut. 

Tapi pers tidak akan menuntut Yogyasmoro. Menurut pendapatnya, yang dirugikan paling besar adalah keluarga jenderal itu. “Atau keluarga sopir. Tapi kan ada disclaimer bahwa itu fiksi?” tulis Dahlan. 

Sementara Presiden Jokowi menyampaikan tiga poin arahan soal penanganan kasus tersebut. Secara garis besar, Kepala Negara ingin agar penanganan kasus yang menyeret nama pejabat polisi ini tidak menimbulkan prasangka di kalangan publik.

Dua poin pertama yang disampaikan Jokowi yakni soal membuka kasus secara transparan mengusut sampai tuntas.

“Sudah saya sampaikan, usut tuntas. Buka apa adanya. jangan ada yang ditutup-tutupi. Transparan, sudah,” kata Jokowi di lokasi Obyek Wisata Pulau Rinca sebagaimana dilansir YouTube Sekretariat Presiden, Kamis 21 Juli 2022.

Menurut Jokowi, 2 poin tersebut penting agar masyarakat tidak ragu-ragu dalam menyikapi kasus ini. Jokowi pun menilai, penanganan kasus secara terbuka dan tuntas menjadi jawaban untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap institusi Polri.

Oleh karena itu, poin ketiga yang ditekankannya yakni soal menjaga kepercayaan terhadap institusi Polri. “Itu penting agar masyarakat tidak ada keragu-raguan terhadap peristiwa yang ada. Ini yang harus dijaga, kepercayaan publik terhadap Polri harus dijaga,” kata Jokowi

Sebelumnya, pada 12 Juli, Jokowi meminta proses hukum harus dilakukan atas kejadian tersebut. “Proses hukum harus dilakukan,“ ujar Jokowi usai berdialog dengan petani di Subang, Jawa Barat, Selasa 12 Juli 2022.

Saat itu, pengungkapan kasus baku tembak sesama anggota polisi baru sampai tahap awal. Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat alias Brigadir J tewas di rumah Ferdy Sambo.

Menurut polisi, ia tewas dalam baku tembak dengan ajudan Sambo lainnya, yakni Bharada E. Sedangkan, Bharada E kabarnya sudah diamankan. Dalam perkembangannya, kematian Brigadir J ini seolah menjadi misteri

Muncul sejumlah tanda tanya dalam insiden ini, salah satunya, rekaman kamera closed-circuit television (CCTV) di rumah Ferdy Sambo yang disebut-sebut mati

Dari serangkaian ‘drama’ polisi tembak polisi, ending dari pengusutan kasus ini benar-benar dinanti publik khususnya keluarga korban Brigadir J di Kampung Suka Makmur, Muaro Bungo, Jambi. Samuel dan keluarga besar menunggu keadilan itu. (diway)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: