>

40 Hari Dirawat BSKDA Jambi, Harimau Dilepas ke TNKS

40 Hari Dirawat BSKDA Jambi, Harimau Dilepas ke TNKS

Harimau Sumatera--

JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID- Seekor harimau Sumatera (panthera tigris Sumterae) jenis kelamin jantan berusia 8-10 tahun yang beberapa waktu lalu masuk perangkap BKSDA Jambi, kini resmi dilepasliarkan kembali ke habitatnya di kawasan hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Jambi.

Informasi dihimpun dari Kepala BKSDA Jambi, Rahmad Saleh melalui keterangan resminya mengatkan bahwa, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Ditjen KSDAE) bersama Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melakukan pelepasliaran harimau sumatera ( Panthera tigris sumatrae ) kembali ke habitatnya di wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat.

"Pelepasliaran dilaksanakan langsung di tengah kawasan pada zona inti TNKS dengan ditranslokasi menggunakan helikopter proses pelepasliaran dipimpin langsung oleh Kepala Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat dan Kepala Balai KSDA Jambi," katanya, Selasa (31/5).

Disampaikan Rahmad, sebelumnya pada 21 April 2022, Balai KSDA Jambi telah menyelamatkan satu individu harimau sumatera berjenis kelamin jantan dengan perkiraan usia 8-10 tahun di Desa Nalo Gedang , Kecamatan Nalo Tantan Kabupaten Merangin , yang selanjutnya harimau di rawat di Tempat Penyelamatan Satwa (TPS) BKSDA Jambi di Desa Mendalo Darat.

"Pada 22 April 2022 lalu, kita telah melakukan pemeriksaan fisik yang diketahui harimau itu memiliki berat badan 110 kg, panjang keseluruhan 217 cm , panjang taring atas 6,2 cm serta panjang taring bawah 3,5 cm," sampainya.

Selama perawatan harimau itu selanjutnya diberi vitamin, antibiotik, dan antiparasitic, serta dilakukan pengambilan sampel darah, feses, rambut untuk pemeriksaan laboratorium, yang hasilnya satwa dinyatakan sehat dan hasil analisis fisik usia diperkirakan 8-10 tahun.

"Selama kurang lebih 40 (empat puluh) hari berada di TPS Balai KSDA Jambi, harimau mendapatkan perawatan intensif berupa pemberian pakan hidup secara rutin dan terjadwal seperti ayam, kelinci dan kambing dengan total 370,4 kilogram. Selain itu dilakukan pengecekan rutin kondisi satwa setiap hari oleh petugas TPS secara visual pada pagi dan sore hari," ujar Rahmad.

Selain itu sebut Rahmad, pemilihan lokasi pelepasliaran harimau sumatera ini di Taman Nasional Kerinci Seblat, berdasarkan berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat bersama dengan Flora Fauna Internasional (FFI) .

Hasil dari survey ini disimpulkan bahwa kawasan ini merupakan habitat alami penting bagi harimau sumatera dengan luasan mencapai 1,4 juta ha dan berdasarkan kajian density (perhitungan statistik) data populasinya adalah 0,91/100 km², sehingga jika dikonversi terdapat sekitar 126 individu sedangkan berdasarkan tangkapan langsung camera trap terdapat 88 individu yang telah teridentifikasi.

"Harimau sumatera ini diselamatkan dari lokasi yang merupakan penyangga kawasan TNKS , yang merupakan bagian dari ekosistem lansekap Kerinci Seblat. Jadi kegiatan ini merupakan upaya menyelamatkan dan mengembalikan lagi satwa harimau ke habitat yang lebih aman," terangnya.

Setelah melakukan pelepasliaran itu kata Rahmad, pelepasliaran satwa ini menjadi salah satu langkah aktif pemerintah dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati yang merupakan kekayaan Bangsa Indonesia dan kami mengajak semua pihak berpartisipasi dan berperan aktif dalam upaya menjaga keanekaragaman hayati.

"Selanjutnya kami menghimbau bagi masyarakat yang berkegiatan di wilayah yang merupakan habitat satwa liar agar berhati-hati dan melaporkan kepada petugas jika menjumpai aktifitas satwa liar yang membahayakan melalui call centre Balai Konservasi Sumber Daya Alam ataupun Balai Taman Nasional demikian juga jika ditemui adanya aktifitas masyarakat yang membahayakan satwa liar," katanya.

Sementara itu, Badan Konservasi Dunia The International Union for Conservation of Nature (IUCN) memasukkan harimau sumatera ke dalam status satwa kritis yang terancam punah (critically endangered) artinya populasi satwa liar ini sudah sangat terancam punah atau telah menghadapi risiko kepunahan yang tinggi dalam waktu dekat.

"Sedangkan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) mengkategorikan harimau ke dalam Apendix 1," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: