Menuntut Ilmu dan Lapangan Kerja

Menuntut Ilmu dan Lapangan Kerja

 Oleh:Saidina Usman El-Quraisy*

Mungkin Sebagian anak-anak muda kita masih ingat dengan  film “3 IDIOTS” sebuah film yang mengandung nilai-nilai (value) pendidikan yang luar biasa, kehadiran film yang di bintangi oleh aktor terkenal India Aamir Khan, R Madhavan dan Sharman Joshi ini sekaligus mengkritik sistem pendidikan yang hanya menggedepankan aspek otak semata tanpa melihat akan pentingnya pendidikan moral dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak hanya itu film kocak garapan Vidhu Vinod Chopra ini juga memberi pelajaran bagi anak-anak  kita yang saat ini duduk dibangku kuliah menimba ilmu untuk bekal di masa depan, bahwa kuliah bukan semata hanya diniatkan untuk berkompetisi demi nilai semata yang berorientasi pada lapangan kerja, sehingga segala cara dilakukan bahkan kadang-kadang menabrak pagar-pagar akademis, tapi juga  menuntut ilmu harus lebih diniatkan untuk pembesaran jiwa, sebab jika jiwa yang besar karena ilmu pengetahuan telah dimiliki maka kesusksesan pun akan mengikuti, begitulah pesan moral yang tersirat dalam film yang diproduksi oleh Vinod Chopra Film beberapa tahun yang lalu ini.

Masyarakat kita hari ini mulai melihat dan mengukur pendidikan anaknya dengan lapangan kerja yang ia peroleh nanti, sehingga apapun caranya sang anak harus memperoleh pendidikan yang menurut mereka cepat memperoleh pekerjaan. Jadi pendidikan sama dengan lapangan kerja dan lapangan kerja identik dengan uang, maka tidak heran segala cara ditempuh demi memperoleh pendidikan yang dimaksud. Bahkan ironisnya, cara-cara yang di tempuh itu harus melanggar aturan yang berlaku seperti praktik suap, manipulasi dan lain sebagainya. sehingga pendidikan yang berkelas hanya mampu diraih oleh mereka yang berduit, sementara anak-anak yang kurang mampu meski mampu secara otak dan memiliki modal akhlak yang bagus harus rela tersingkirkan.

Lihatlah misalnya seorang ibu yang anaknya tidak lulus masuk perguruan tinggi tertentu sanggup menyuruh anaknya menganggur untuk setahun kedepan, demi tetap ingin masuk ketempat kuliah yang menurutnya mampu memberikan pekerjaan cepat, bahkan sang ibu sanggup membayar berapa pun asal anaknya lulus ditahun mendatang. Ketika ditanya kenapa tidak masuk ke perguruan tinggi yang lain terutama perguruan tinggi Agama, sang ibu beralasan lulusan perguruan tinggi agama sulit mendapat pekerjaan, dan lagian anaknya tidak begitu mengerti Agama terutama dalam hal baca tulis Al-Quran dan itu akan menjadi kendala dalam proses belajarnya. Ada lagi yang orang tuanya memasukan anaknya ke salah satu perguruan tinggi di Kota Jambi, dimana tempat kuliah tersebut menjadi tren di kampungnya. Namun apa yang terjadi, begitu dinyatakan lulus dan segala sesuatunya telah dibayarkan, sang anak tidak mau masuk kuliah dengan alasan ia tidak memiliki kemampuan dibidang tersebut.

Begitulah fakta sebagian dari masyarakat kita, dimana orang tua tidak lagi melihat minat dan bakat dari anak-anaknya untuk menentukan pilihan bidang apa yang mampu dan cocok, tapi lebih mengikuti trend dan hanya berorientasi materi semata. Masyarakat kita sanggup bayar berapapun asal anak-anaknya bisa lolos sekolah atau perguruan tinggi tertentu, sebagian masyarakat sanggup merogo kocek dalam-dalam demi karir anak-anaknya tapi menganggap enteng pendidikan agama seperti baca tulis Al-Quran. Bagi masyarakat muslim, guru ngaji sering dibayar sealahkadarnya bahkan kadang-kadang sama sekali tidak diperhatikan, sehingga para ustadz/guru ngaji  merasa tidak begitu diperlukan. Sehingga jadilah generasi kita generasi yang tidak seimbang antara otak dan hatinya. Dengan sendirinya pendidikan umum dan pendidikan Agama menjadi wilayah yang terkotak-kotak sehingga harus ada salah satu yang diprioritaskan, sehingga jadilah yang diutamakan pendidikan yang dianggap paling cepat meraih keuntungan.

Bagi masayrakat muslim, hal seperti ini tentu tidak seharusnya terjadi, karena biar bagaimanapun kalau kita merujuk pada pendapat Imam Al-ghazali bahwa pendidikan agama seperti, baca tulis Al-Quran, pemahaman tentang ketuhanan (Ilmu Tauhid) tentang hokum-hukum Islam dan lain sebagainya hukumnya wajib (Fardu ‘ain ) untuk dipelajari oleh setiap muslim, jadi artinya orang tua wajib hukumnya memberikan anak-anaknya pengetahuan dasar agama seperti yang disebutkan diatas.

Apakah Islam menghendaki umatnya menjadi pengangguran-pengangguran, atau seperti yang diungkapkan Mahfud. MD saat menyampaikan orasi ilmiahnya di Universitas Hasanudin bahwa para alumni perguruan tinggi hanya menjadi beban Negara? Tentu saja tidak. Islam sangat menekankan umatnya agar menajadi pribadi yang memiliki etos kerja yang kuat, tidak sedikit ayat-ayat Al-Quran yang menekankan akan pentingnya memiliki semangat juang termasuk dalam bekerja, dan mengecam umat Islam meninggalkan generasi yang lemah, baik itu ekonomi, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya.  Tidak hanya itu kalau kita melihat latar belakang  para  Nabi dan Rasul pun mereka terdiri dari orang-orang yang pekerja keras. Namun yang menjadi persoalan adalah ketika menjadikan kehidupan dunia sebagai berhala dan membauat kita berlebih-lebihan dalam mengejar materi keduniawian, sehingga kita melupakan pengetahuan Agama yang ber-inti-kan pada aspek moral sebagai penyeimbang bagi generasi kita dalam mewujudkan karier dan masa depannya. Diakui atau tidak, bahwa tantangan generasi muda kedepan akan semakin kompleks, mereka tidak hanya bersaing dengan sesama mereka untuk merebut kursi PNS misalnya, tapi juga ancaman Global terutama yang berkaitan dengan ideology, seperti kaum sekuler, liberal dan lain sebagainya, sebagai proyek barat, mereka memiliki misi yang harus senantiasa kita waspadai. Oleh karena itu generasi kita harus memiliki pengetahuan keagamaan yang benar agar bisa membedakan mana yang baik dan bisa diterima, dan mana pula produk barat yang tidak layak untuk diikuti.

 

Tujuan Pendidikan Menurut Islam

Dalam Islam tujuan menuntut ilmu adalah untuk menanamkan nilai-nilai budi pekerti yang baik kedalam diri manusia, karena prinsipnya fungsi pendidikan menurut Islam  itu adalah untuk menghasilkan manusia yang baik (Insan Kamil). Seperti yang ditekan oleh Ilmuan Muslim terkenal Prof. Dr. Syed. Muhammad Naquib Al-Attas, bahwa pendidikan itu harus menitikberatkan pada pembentukan aspek pribadi individu yang bermoral, inilah yang membedakan pendidikan Islam dan pendidikan ala Barat. Dalam pendidikan sekuler, orientasi menuntut ilmu itu adalah untuk menciptkan warga Negara yang baik, yang mampu bersaing dan bekerja bagi negaranya, sedangkan dalam Islam bertujuan untuk menciptakan manusia yang baik, karena masyarakat itu terdiri dari perorangan, maka membuat seseorang atau sebagian besarnya menjadi baik itu tetap sama dengan menghasilkan masyarakat yang baik dan berbuat untuk negaranya. Perbedaannya adalah terletak pada penekanan pembentukan pribadi-pribadi dalam masyarakat. Pendidikan menurut Islam harus mampu menghasilkan manusia yang benar dan bermoral bukan hanya manusia-manusia pintar tapi rapuh akan pijakan Agama, dimana pendidikan Agama menjadi landasan mutlak untuk meraih kesuksesan didunia sekaligus kesuksesan di akhirat.

Sebagai seorang muslim, menuntut ilmu merupakan salah satu wujud kepatuhan akan perintah agama, dimana agama mewajibkan bagi umatnya untuk menuntut ilmu baik itu laki-laki maupun perempuan, itu artinya kegiatan menuntut ilmu itu dikategorikan sebagai ibadah.

Karena menuntut ilmu itu merupakan sebuah ibadah, sama halnya dengan ibadah-ibadah yang lain, maka menuntut ilmu juga memiliki aturan main agar dia bernilai ibadah yang berpahala disisi Allah SWT. Tidak bisa kita bayangkan hasilnya nanti kalau dalam proses mencari Ilmu saja orang sudah harus melakukan kecurangan-kecurangan.

Untuk para pencari Ilmu diamanapun berada, apapun bidang yang kita tekuni, hal pertama yang harus kita benahi adalah niat dalam mencari ilmu, karena segala sesuatu itu menurut Rasulullah tergantung dengan niatnya, kita semua tentu sepakat, bahwa kita tidak hanya mengejar kesuksesan didunia semata, apalagi dunia ini bersifat sementara, kita tentu ingin juga meraih kesuksesan di akhirat, disanalah kebahagiaan yang abadi. Dalam Islam tidak ada pemisahan antara pendidikan agama dan umum, yang memisahkan adalah system dinegara kita yang kadang-kadang tidak jelas dengan kebijakan-kebijkan yang bergonta-ganti. Semoga kita semua mendapat ilmu yang bermanfaat dalam bidang apapun kita dan tentunya dapat memberi konstribusi bagi Jambi yang kita cintai. Dan Semoga para dosen dan para guru kita di bumi sepucuk Jambi Sembilan lurah diberi kekuatan lahir dan batin oleh Allah agar tetap bangga menyandang gelar “Pahlawan Tanpa Tanda jasa” . Dan untuk putra-putri terbaik provinsi Jambi selamat mengawali semester ini dengan semangat baru, semoga tercerahkan dan mencerahkan.Mari Belajar!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: