BI Rate Bertahan 5,75 Persen

BI Rate Bertahan 5,75 Persen

JAKARTA-Otoritas moneter Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga (rate) di level 5,75 persen. Ini artinya, pergerakan BI rate masih tetap sama sejak Februari 2012, yang turun 25 basis poin dari Januari 2012 sebesar 6,0 persen. Tingkat suku bunga mencapai 5,75 persen tersebut dipandang masih konsisten, selain lantaran rendahnya tingkat inflasi, juga adanya keseimbangan eksternal atas proyeksi membaiknya defisit transaksi berjalan (current account), pada kuartal ketiga 2012.

                Direktur Hubungan Masyarakat Bank Indonesia (BI) Difi A Johansyah mengatakan, meski proyeksi pada kuartal ketiga cukup cerah, akan tetapi pihaknya mengakui bahwa akan tetap mewaspadai tekanan terhadap current account.

                \"Ini karena ada risiko memburuknya prospek perekonomian global,\" ungkap Difi usai penyampaian hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) di gedung BI, kemarin (13/9).

                Seperti diketahui, turunnya ekspor pada kuartal II 2012 akibat penurunan kinerja ekonomi global, memicu pelebaran defisit transaksi berjalan sebesar USD 6,9 miliar (3,1 persen dari Produk Domestik Bruto/PDB), dari kuartal sebelumnya yang hanya USD 3,2 miliar (1,5 persen dari PDB).

                \"Namun kita melihat indikasi pembaikan neraca perdagangan pada Juli 2012, dengan ekspor USD 16,1 miliar, atau naik 4,6 persen dibandingkan akhir kuartal II,\" tuturnya.

                Selain itu, dia melanjutkan, defisit transaksi berjalan juga dapat ditutup dengan oleh surplus transaksi modal dan financial yang diperkirakan meningkat, terutama penanaman modal asing (foreign direct investment/FDI).

                Menurutnya, performa perekonomian Indonesia saat ini telah mendapatkan kepercayaan yang tinggi dari investor. Sehingga, neraca pembayaran Indonesia (NPI) diharapkan semakin baik, dengan tentunya tetap memasang ekspektasi kondisi perekonomian global dan harga komoditas ekspor akan membaik.

                \"Jika neraca kita bagus, secara otomatis akan memperkuat fundamental ekonomi Indonesia terkait cadangan devisa,\" terangnya. Difi menyebutkan, jumlah cadangan devisa pada akhir Agustus 2012 meningkat tipis mencapai USD 109 miliar, dibandingkan posisi terakhir Juli sebesar USD 106,6 miliar. Cadangan devisa yang baik diharapkan mampu memperkuat nilai tukar rupiah terhadap USD.

                Meski sebenarnya, saat ini secara point to point rupiah tengah melemah 0,94 persen (month to month/mtm) ke level Rp 9.535 per USD 1, dan tekanan impor\"terhadap ekspor turut mempengaruhi keseimbangan\"supply demand\"valas.

                Di tempat lain, Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri mengungkapkan capital account Indonesia saat ini masih belum bisa mengkompensasi current account. Yang hasilnya devisa menjadi terkuras.

                Dia mengatakan, sumber masalah dari defisit transaksi berjalan yang paling signifikan sebenarnya adalah impor minyak dan BBM Indonesia sangat tinggi. Tingginya importasi tersebut justru didukung dengan alokasi subsidi minyak dan BBM pada 2013 sebesar Rp 193 triliun, atau naik dibandingkan alokasi 2012 yang hanya Rp 150 triliun. \"Current account ini akan membaik jika masalah BBM tuntas. Caranya penyesuaian harga minyak,\" jelasnya.

(gal)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: