Jokowi Menang, Prabowo Untung

Jokowi Menang, Prabowo Untung

Mega Buntung

JAKARTA - Siapa yang paling diuntungkan di balik kemenangan Joko Widodo-Basuki Tjahja Purnama\" Saiful Mujani Research dan Consulting (SMRC) menjawabnya dari hasil exit poll putaran kedua pada Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) DKI Jakarta.

Chief Eksekutif Officer SMRC, Grace Natalie mengatakan dari hasil exit poll yang dilakukan Kamis (20/9) lalu, pemilih DKI menginginkan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto yang menjadi presiden. \"Yang dipilih menjadi presiden bila pemilihan diadakan sekarang adalah Prabowo dengan suara 19,1 persen,\" kata Grace dalam diskusi yang digelar di Jakarta, Minggu (23/09).

Exit poll SMRC ini dilakukan di 400 Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang dipilih secara random dan proporsional. Di tiap TPS yang dipilih, diambil sampel 2 orang saat keluar dari TPS sebagai responden.

Responden yang terpilih terdiri dari 1 laki-laki dan 1 orang perempuan sudah ditentukan dari awal dengan metode pengacakan. Jumlah responden yang berhasil diwawancarai sebanyak 740 orang (95 persen). Tingkat kesalahannya adalah kurang lebih 3,7 persen sedangkan tingkat kepercayaannya 95 persen.

Untuk lebih mevalidkan data exit poll, quality control dilakukan dengan spot check sebanyak 20 persen responden yang dipilih secara random dan 100 persen responden ditelepon.

Grace yang juga mantan presenter Tv ini mengakui bila Pilkada DKI menguatkan posisi Prabowo sebagai Calon Presiden (Capres) ketimbang Megawati Soekarnoputri yang digadang-gadang akan kembali menjadi Capres PDI Perjuangan pada Pemilihan Presiden 2014.

\"Tidak pernah terjadi dalam survei nasional maupun Pilkada di daerah lain, dukungan pada Prabowo jauh di atas Megawati ketika stimulasi dilakukan secara semi terbuka,\" ucapnya. Mega sendiri dari hasil exit poll ini berada di urutan kedua dengan angka 10,1 persen. Di posisi ketiga, ada nama Aburizal Bakrie dengan 10 persen dan berturut-turut Jusuf Kalla (6,5 persen), Dahlan Iskan (5,6 persen), Hidayat Nurwahid (5,2 persen) Sri Sultan Hamengku Buwono (4,9 persen), Hatta Rajasa (3,7 persen), Sutiyoso (3 persen), Wiranto (1,9 persen), dan Ani Yudhoyono (1,6 persen).

Sebagaimana diketahui, pasangan berakronim Jokowi-Ahok diusung oleh PDI Perjuangan dan Partai Gerindra. Meskipun belum ada penghitungan resmi dari KPU DKI Jakarta, namun dari seluruh hitung cepat lembaga survei, Jokowi-Ahok diposisikan sebagai pemenang Pilkada DKI putaran kedua.

 PDIP Tak Mau Pusing

Politisi PDI Perjuangan menanggapi dingin, exit poll Saiful Mujani Research dan Consulting (SMRC) Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) DKI Jakarta putaran kedua. Meskipun hasilnya menguntungkan Calon Presiden Prabowo Subianto dan merugikan Megawati Soekarnoputri yang digadang akan kembali mencalonkan, tapi PDI Perjuangan tak mau pusing.

\"Pemilu masih jauh. Ingat dong bagaimana waktu yang tujuh hari saja menjungkir balikkan ramalan-ramalan hasil poll menjelang putaran pertama pilkada DKI, apalagi jika time lag-nya masih dua tahun,\" kata Eva, menjawab JPNN, Minggu (23/9).

Eva menegaskan, di politik perubahan itu bisa terjadi dalam hitungan detik. \"Lagipula, bagaimana mendefinisikan untung dan buntung? Terlalu tendensius, apalagi kalau poll dilakukan oleh konsultan politik Pak Prabowo misalnya,\" kata Eva.

Karena, dia melanjutkan, siapapun tahu bahwa PDI Perjuangan mendapat keuntungan intangible yang luar biasa. Menurutnya, bukan saja membuktikan bahwa jalan ideologi melalui strategi gotong royong terbukti terjawab setelah pikada DIY, dan DKI pada skala yang lebih besar, demikian juga keputusan partai untuk merekom (memberi tiket) Jokowi merupakan eksperimen politik PDIP untuk menjadi partai pelopor (vs mainstream politik) berhasil secara melegakan \"Terlalu dini untuk mengukur pilpres, terlalu gegabah untuk mengkaitkan pilkada DKI sebagai barometer pilpres,\" ujar Eva yang juga Anggota Komisi III DPR itu. (boy/jpnn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: