POTENSI INDONESIA, RAKSASA BARU EKONOMI DUNIA
Mahendra juga menyebutkan data International Monetary Fund (IMF) tentang
GDP berdasar purchasing power parity (PPP). Pada tahun ini, GDP Indonesia sudah mencapai USD 1,2 triliun. ’’Artinya, kita sudah melampaui Australia yang sebesar USD 954 miliar,’’ sebutnya.
Pada 2016, GDP Indonesia diproyeksi mencapai USD 1,7 triliun atau akan me nyalip Kanada yang pada tahun itu diperkirakan USD 1,6 triliun. Mahendra menambahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini juga membanggakan.
’’Ingat, saat ini Indonesia adalah negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua di dunia setelah China (Tiongkok, Red). Kita sudah melampaui India,’’ sebutnya.
Sebagaimana diketahui, sepanjang semester I 2012, Indonesia mampu mencapai pertumbuhan ekonomi 6,35 persen atau hanya kalah dari Tiongkok yang tumbuh 7,85 persen. Namun, Indonesia mencatat tren kenaikan dengan pertumbuhan ekonomi 6,3 persen pada triwulan I dan naik menjadi 6,4 persen pada triwulan II. Sementara itu, Tiongkok justru melambat, yakni da ri 8,1 persen menjadi 7,6 persen.
Di ASEAN, saat ini Indonesia juga cukup jauh meninggalkan pesaing seperti
Thailand yang sepanjang semester I 2012 tumbuh 2,3 persen, Vietnam 4,3 persen, dan Malaysia 5,15 persen. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi kelompok negara BRIC (Brasil, Rusia, India, China) yang selama ini digadang-gadang sebagai kekuatan ekonomi baru di dunia tidak terlalu menggembirakan. Selain Tiongkok, pertumbuhan ekonomi empat negara lainnya masih kalah jika dibandingkan Indonesia. Misalnya, India 5,35 persen, Rusia 4,45 persen, dan bahkan Brasil hanya mampu tumbuh 0,65 persen.
Karena itu, Goldman Sachs Asset Management yang sebelumnya memopulerkan akronim BRIC kini mengeluarkan akronim baru, MIST, yakni Meksiko, Indonesia, South Korea, Turki. Ke empatnya merupakan negara
anggota kelompok elite G-20 yang menjadi primadona baru investor internasional.
Goldman Sachs menyebut, produk portofolio investasi ke empat negara ter sebut yang dinamakan N-11 (Next 11) Equity Fund tumbuh pesat. Awal Agustus lalu, pertumbuhan investasi ke MIST mencapai 12 persen, jauh melampaui pertumbuhan investasi ke BRIC yang hanya 1,5 persen.
Dengan berbagai fakta di atas, kita layak optimistis. Meski demikian, Presiden Direktur McKinsey Indonesia Arief Budiman menambahkan, masih ada beberapa hal yang mesti diperhatikan.
Selain membenahi infrastruktur dan birokrasi, Indonesia harus mendorong produktivitas pertanian dan perikanan yang potensinya sangat besar, menggunakan sumber energi alternatif, dan menginvestasikan pengembangan sumber daya manusia (SDM). ’’Jika berhasil, ini akan menc iptakan pasar hingga USD 1,8 triliun (sekitar Rp 18.000 triliun),’’ ucapnya.
(owi/c6/kim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: