Impor Kosmetik Membanjir

Impor Kosmetik Membanjir

JAKARTA - Perempuan sebagai pangsa pasar industri kosmetik di Indonesia sangat besar di Indonesia. Sayangnya, pertumbuhan penjualan konsmetik asal industri dalam negeri kalan bersaing dengan performa penjualan kosmetik impor.

                Kementerian Perindustrian mencatat, pertumbuhan penjualan kosmetik buatan lokal hanya tumbuh 14,8 persen. Sangat jauh dibandingkan pertumbuhan penyerapan pasar kosmetik impor yang mencapai 30 persen.

                Menteri Perindustri MS Hidayat memaparkan, omzet dari produk kosmetika nasional pada 2012 tercatat sebesar Rp 9,76 triliun. Angka tersebut meningkat 14,8 persen dibandingkan perolehan pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp 8,5 triliun. Sayangnya, capaian pertumbuhan penjualan kosmetik impor jauh lebih moncer. Pada 2012, angka penjualan Rp 2,44 triliun, dan meningkat 30 persen dari Rp 1,87 triliun pada 2011.

                Angka penjualannya memang lebih kecil. Tapi pertumbuhan yang tinggi ini harus menjadi perhitungan. Naiknya nilai impor juga disebabkan oleh tingginya permintaan pasar domestik terhdap produk premium atau bermerek (high branded),\" ungkap Hidayat di Pembukaan Pameran Produk industri kosmetika dan obat Tradisional, di kantor Kemenperin, kemarin (16/10).

                Hidayat memaparkan, tantangan industri kosmetik dalam negeri tak hanya datang dari serbuan produk impor, namun juga adanya krisis bahan baku. Dia menuturkan, potensi bahan baku di dalam negeri dalam bentuk herbal yang melimpah, namun belum banyak dimanfaatkanb secara optimal oleh industri.

                \"Padahal, peprusahaan kosmetika bisa memanfaatkan peluang ini untuk melakukan perluasan pabrik,\" ungkapnya.

                Lantaran itu Hidayat menegaskan, Pemerintah saat ini berupaya menciptakan iklim usaha yang kondif agar industri kosmetik tetap bergairah melakukan investasi di dalam negeri, serta menjadi tuan rumah produk kecantikan di negeri sendiri.

                \"Kami siapkan tax allowance untuk industri kosmetik, dan pembebasan bea masuk atas impor mesin. Sepanjang itu untuk pengembangan industri kosmetik, dalam ranga penanaman modal,\" tuturnya.

                 Di tempat yang sama, Ketua Persatuan Pengusaha dan Asosiasi Kosmetik Indonesia Putri Kuswisnu Wardhani menagatakan, bahan baku memang menjadi kendala bagi pengembangan industri kosmetik. Dia menuturkan, sejauh ini industri pengolahan tidak bisa memenuhi kebutuhan lokal. \"Hanya 30 persen yang dapat dipenuhi oleh industri pengolahan,\" paparnya.

                Industri kosmetik nasional semakin tertekan ketika globalisasi produk impor meningkat drastis, ditambah dengan serbuan produk ilegal yang bebas melenggang masuk ke dalam negeri. \"Produk kosmetik impor yang notabene legal saja naik empat kali lipat. Tapi ilegal lebih banyak dan berbahanya. Meskipun saat ini kosmetik impor dibatasi importasinya lewat lima pelabuhan saja, tapi yang terjadi masuknya justru tidak di pelabuhan yang disyaratkan,\" tuturnya.

                Putri menjelaskan, komposisi impor kosmetik paling besar masih datang dari Malaysia dan Thailand. \"Itu yang Asia Tenggara. Angka ilegalnya besar, sampai triliunan,\" tandasnya.

(gal)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: