Warung Makan Waswas

Warung Makan Waswas

Harga Daging Lokal Sama dengan Daging Impor

SURABAYA- Polemik ketersediaan daging makin menjadi. Salah satu yang kebakaran jenggot adalah pelaku usaha kafe dan restoran. Orang-orang yang biasa menyajikan setidaknya 2-3 masakan berbahan daging sapi dari 10 menunya itu mengeluhkan susahnya mendapatkan pasokan.

                Ketua Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo) Jatim Tjahjono Haryono mengatakan, situasi tersebut seharusnya ditangani secepatnya oleh pemerintah. Sebab, imbas yang ditimbulkan bisa berakibat besar. \"Permasalahan ini sangat mendesak. Harga daging bisa mempengaruhi situasi perdagangan terutama kami yang menjadi ujung hilir. Bukan hanya itu, ibu rumah tangga pun berpengaruh. Ujung-ujungnya, jalau inflasi naik besar baru pemerintah ribut,\" jelasnya.

                Menurutnya, pernyataan pemerintah bahwa pasokan sapi masih surplus tak mempunyai bukti riil. Sebab, situasi di pasar daging segar justru kosong. \"Buktinya kan, pedagang daging sekarang mogok. Di surabaya misalnya, sudah mogok sejak 4-5 hari yang lalu. Nah, kami sekarang akhirnya harus beralih ke daging beku impor untuk menu kami. Itupun, kami ambil dari stok supplier karena kuota impor juga sudah berhenti,\" ujarnya.

                Dia menegaskan, bulan ini adalah satu-satunya kesempatan untuk mengeluarkan kebijakan. Sebab, dia memprediksi harga daging bakal naik hampir dua kali lipat dari harga normal pada Desember. \"Sekarang sudah Rp 90 ribu dari harga normal Rp 65 ribu. Nah, kemungkinan bisa tembus Rp 100 ribu bulan depan,\" imbuhnya.

                Tjahjono berharap, pemerintah bisa membuka keran impor daging. Sebab, aku dia, hal tersebut adalah satu-satunya solusi terhadap situasi ini. \"Kalau pemerintah mau mengeluarkan stok sapi lokal ya silahkan. Semua sudah tahu kalau sebagian besar populai sapi adalah milik peternak rakyat. Jadi tak mungkin bisa dikendalikan mekanismenya. Kalau pasar digelontor dengan daging impor yang harganya bersaing, tentu harga bisa kembali,\" terangnya.

                Pernyataan tersebut didukung oleh Harijadi Surjadi, salah satu pemilik restoran di Surabaya. Menurut dia, para pelaku usaha makanan sudah putus asa dalam mencari daging sapi lokal. Kalaupun menemukan, harganya bisa dibilang setara dengan daging impor. \"Jika dikalkulasi dengan jenis daging apa yang diinginkan, harganya sama saja,\" tambahnya.

                Menurutnya, penyebab kritisnya pasokan daging sapi lokal adalah meningkatnya jumlah konsumsi makanan seiring dengan menguatnya ekonomi masyarakat. \"Kalau dihitung, kebutuham daging di restoran saya naik 30 persen dari 2011,\" jelasnya,

                Soal produknya, Harijadi memilih untuk tak merubah harga dari menu daging yang dibuat. Alasannya, pelaku restoran bakal menghadapi musim puncak bulan depan. \"Meski dengan margin yang kecil, kami berharap pengunjung membludak. Nah, masalahnya kalau harga tetap tinggi saat Januari tiba dimana pengunjung mulai turun. Terpaksa harga harus kami sesuaikan,\" ucapnya.

(bil)

                

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: