Gas Natuna Tunggu Insentif

Gas Natuna Tunggu Insentif

JAKARTA- Kontrak kerja sama pengembangan Blok East Natuna di Kepulauan Riau hingga kini masih belum mendapat lampu hijau. Gara-garanya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) masih menunggu skema insentif dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

Wakil Menteri ESDM Rudi Rubiandini mengakui bahwa keputusan untuk memberikan insentif kepada suatu sektor bukanlah hal yang gampang. Itu memerlukan pertimbangan secara menyeluruh. “Tidak terlalu mudah bagi Kemenkeu melepas insentif karena ini bisa mengurangi pendapatan negara,” ujarnya di Jakarta akhir pekan lalu.

Pihaknya mengaku sudah memberi sejumlah masukan dan pertimbangan kepada konsorsium pengelola Blok East Natuna agar insentif mudah dikabulkan Kemenkeu. “Insentif ini penting karena akan memengaruhi keuangan konsorsium untuk membuat infrastruktur penyalur gas,” sebutnya.

Sebagaimana diwartakan, untuk menyalurkan gas, konsorsium bisa memilih antara membuat jaringan pipa atau mengubah gas menjadi gas alam cair (liquefied natural gas/LNG). Jika menggunakan pipa biaya akan lebih murah dibanding LNG. Namun, penggunaan pipa mempersulit mobilitas gas.

Berbeda dengan pipa, mengubah gas ke LNG bisa membuat gas tak hanya bisa disalurkan untuk ke dalam negeri, tapi juga ke luar negeri (ekspor). Dengan begitu, bakal menambah devisa. “Kita menyarankan infrastruktur East Natuna dibuat dengan menggunakan metode penyaluran gas seperti Lapangan Gas Kepodang,” katanya.

Gas dari lapangan di Blok Muriah di Laut Jawa itu menggunakan dua konsep infrastruktur baik pipa maupun LNG. Di sektor hulu, pipa bisa digunakan. Sedangkan untuk hilir konsorsium disarankan menggunakan skema LNG. “Kita harap pertengahan Desember sudah ada keputusan,” tuturnya.

Sebelumnya, pemerintah secara resmi menunjuk Pertamina sebagai pengelola Blok Natuna D Alpha atau kini bernama East Natuna melalui Surat Menteri ESDM No 3588/11/MEM/2008 tertanggal 2 Juni 2008 tentang Status Gas Natuna D Alpha. Blok tersebut memiliki cadangan hingga 222 triliun kaki kubik (TCF).

Rudi menambahkan, saat ini pihaknya berkonsentrasi dulu dengan proyek Natuna. Karena itu, kelanjutan pengelolaan blok Mahakam yang akan habis masa kontraknya pada 2017 belum diputuskan. “Belum selesai (Mahakam), yang jelas saya mau selesaikan yang Natuna dulu,” jelasnya.

(jpnn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: