2014, Politik Dinasti Dimainkan
“Kebanyakan mereka selalu menggunakan jalur orang tua atau keluarga besarnya. Tidak berkecimpung dalam organisasi partai, tau-tau saat maju berada digaris depan melewati orang-orang yang telah lama dipartai,” katanya.
Demikian juga dalam melakukan sosialisasi ke tengah masyarakat, para caleg seperti ini tentunya akan memanfaatkan nama besar keluarga dan orang tuanya serta finansial yang kuat.
“Ini tidak sehat, memang yang dilakukan itu tidak salah. Tapi yang lebih bagus itu mereka yang mandiri, yang memang betul-betul telah mengabdi kepada partai,” tuturnya.
Akibatnya, bagi kader yang telah lama berjuang dan telah banyak berbuat untuk partai, loyalitasnya akan berkurang.
“Yang baru muncul ini akan tercipta politisi yang pragmatis, cenderung mencari jalan keluar yang mudah. Bagi yang telah lama di partai, akan cenderung tidak loyal kepada partai, dia telah mengabdi tapi dilewati,” tukasnya.
Ditambahkan Jakfar, seharusnya untuk demokrasi yang lebih sehat partai harus berdasarkan ideology yang jelas. Jadi orang memilih suatu partai dalam Pemilu karena idelogi partai.
“Partai juga harus berbasis kader, kalau politisi yang muncul seperti itu, mereka tidak memiliki loyalitas terhadap ideologi partai,” tambahnya.
Sementara itu, Caleg DPR RI dari Golkar Kemas Faried Alfarelly (KFA) saat dikonfirmasi koran ini, kemarin, mengatakan, dengan menyandang nama besar keluarga, justru membuat dirinya semakin semangat untuk mempersembahkan yang terbaik.
‘’Tapi harus kita akui, dengan menyandang nama besar keluarga, tentu menjadi nilai plus tersendiri. Namun itu tidak lantas membuat kita di atas angin, kita justru akan semakin bersemangat untuk berlomba-lomba memikat hati raykat,’’ ujarnya.
‘’Politik bagi Saya bukan sekedar ikut-ikutan orang tua, terjun ke dunia politik memang sudah niat Saya sejak lulus kuliah. Alasannya, dengan terjun ke dunia politik, niat Saya untuk memajukan tanah kelahiran semakin besar. Meski ada berbagai macam cara untuk memajukan daerah, nah Saya anggap peluang itu semakin besar jika Saya terjun ke dunia politik,’’ tambah Wakil Ketua DPD AMPI Provinsi Jambi ini.
Politisi Demokrat, Jasasila mengatakan, dengan munculnya trah-trah keluarga seperti ini menunjukkan iklim demokrasi yang semakin tumbuh di Provinsi Jambi. Pasalnya, semua warga negara Indonesia punya hak untuk ikut mencalonkan diri terlepas dari mana ia berasal.
‘’Kita tidak takut suara tergerus, justru ini juga akan menjadi motivasi bagi kandidat-kandidat yang lain,’’ sebutnya.
Politisi yang duduk sebagai anggota DPD RI Dapil Jambi, Elviana mengaku tidak terpengaruh dengan munculnya anak-anak atau istri para pejabat dalam Pemilu 2014 mendatang.
“Pengalaman seperti saat Pemilu lalu, banyak para istri pejabat, bahkan istri Gubernur yang maju, itu tidak masalah,” ujarnya.
Menurut Wasekjend DPP PPP ini, masyarakat Jambi bisa menilai kiprah dari para politikus yang menyantolkan nama besar keluarganya tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: