Terima Kapal ke-55
Pertamina Tambah 28 unit Kapal hingga 2017
SURABAYA-Perusahaan migas nasional PT Pertamina (Persero) terus berupaya memperbaiki kinerja distribusi BBM nasional. Salah satunya, dengan memproduksi kapal-kapal tanker pengangkut BBM. Setelah menerima kapal Matindok di Surabaya kemarin (27/2), BUMN tersebut menargetkan untuk memiliki setidaknya 83 kapal tanker hingga 2017.
Senior Vice President Fuel Marketing & Distribution Pertamina Suhartoko mengungkapkan, kapal small tanker tersebut merupakan kapal ke-55 yang dimiliki oleh Pertamina. Jumlah armada tersebut berkontribusi sekitar 29 persen dari total kapal operasional yakni 185 unit. \"Kapal ini merupakan pesanan kami kepada PT Dumas Tanjung Perak Shipyard sejak 2010 lalu. Investasi yang kami keluarkan sekitar USD 11,8 juta,\" ujarnya usai penyerahan kapal Matindok.
Rencananya, lanjut dia, kapal dengan berat 3.500 DWT (berat maksimal, Red) itu bakal digunakan untuk distribusi BBM seputar area Indonesia timur. Misalnya, pelabuhan Banjarmasin, Pontianak, Jaya Pura, dan Maluku. \"Kami sengaja memesan kapal tanker ini karena karekteristik pelabuhan di Indonesia timur belum bisa didatangi kapal besar. Kapal dengan berat diatas 6.500 DWT kami gunakan untuk kawasan Indonesia barat,\" jelasnya.
Namun, Suhartoko mengaku pihaknya masih akan menambah jumlah kapal milik perusahaan. Target finalnya, Pertamina bisa memiliki minimal 50 persen dari total kapal yang dioperasikan. \"Kami sudah membuat rencana jangka menengah hingga tahun 2017. Total kapal yang akan kami tenderkan adalah 28 unit,\" imbunya.
Dari rencana tender tersebut, pertamina bakal mengalokasikan 8 unit kapal khusus kepada galangan domestik. Hal itu diputuskan siring kebijakan pertamina untuk membatasi peserta tender kapal di bawah 17 ribu DWT. Tender kapal-kapal tersebut hanya bisa diikuti perusahaan galangan Indonesia. \"Ini adalah langkah kami untuk memberikan perusahaan galangan lokal berkembang,\" ujarnya.
Meski begitu, sisa tender kapal yang beratnya diatas 17 ribu DWT bakal dibebaskan. \"Untuk kapal ini memang tak kami batasi. Masalahnya, perbedaan harga yang ditawarkan bisa sampai USD 2-3 juta per kapal. Sementara pemerintah sebagai pemegang saham mengarahkan kami untuk melakukan efisiensi,\" tuturnya.
Dia berharap, pemerintah sebagai pemegang saham bisa melonggarkan budget mereka sehingga ada langkah untuk mengembangkan produksi kapal nasional. \"Kami ingin pemerintah melihat kapal tanker pertamina bukan sebagai sekedar sarana angkutan. Tapi, sebagai suatu infrastruktur yang wajib untuk dikembangkan,\" tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Perindustrian M.S. Hidayat turut mendukung niat dari pertamina. Menurutnya, industri galangan nasional memang harus berkembang pesat untuk beberapa tahun ke depan. Hal itu disarankan karena kondisi perdagangan bebas yang akan dihadapi Indonesia beberapa tahun ke depan. \"Industri galangan kapal nasional masih belum kuat. Selain karena tak bisa bersaing, TKDN (tingkat komponen dalam negeri) dari produksi mereka juga masih rendah. Itulah yang membuat biaya mereka tinggi,\" ujarnya.
Karena itu, dia sedang berupaya agar kadar TKDN produksi kapal di Indonesia bisa seperti produk lainnya. Dia mencontohkan TKDN dari produk otomotif roda empat. Menurutnya, TKDN produksi mobil dalam negeri sudah meningkat jauh. \"Dua tahun yang lalu masih 40 persen. Tapi kami terus tekan pihak produsen untuk menggunakan komponen dalam negeri. Dan tahun lalu, TKDN produksi mobil di Indonesia bisa mencapai 85 persen,\" ujarnnya.
Rencan terdekat, Hidayat sedang mencoba mendaftar komponen apa saja yang bisa diproduksi di Indonesia. Kemudian, mengundang pihak produsen komponen untuk berinvestasi di Indonesia. Harapannya, TKDN kapal bisa mencapai 40 persen di beberapa tahun kedepan. \"Sudah ada pabrik komponen yang menunjukkan keinginan investasi di Indonesia, tapi belum ada konfirmasi. Jika berhasil, saya harap pemesan kapal dari Indonesia bisa mencantumkan hal itu dalam spesifikasinya,\" jelasnya.
(bil)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: