Harimau Belum Tertangkap

Harimau Belum Tertangkap

Populasi Makin Sedikit

JAMBI  -  Sampai kemarin, harimau yang selama ini meresahkan warga belum tertangkap juga. Meski tim dari Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) terus memburu raja hutan tersebut.

Anggota tim pemburu harimau dari BKSDA, Sartono, mengatakan, terakhir harimau terlihat Rabu (6/3).

‘’Sampai hari ini (kemarin, red) harimau tersebut belum nampak juga,’’ sebutnya. Menurut Sartono populasi harimau Sumatera di Provinsi Jambi tersebar di beberapa titik, seperti Petaling, Berbak, TNKS, Bukit Tiga Puluh dan  Perbatasan Jambi Sumsel.

Ditambahkannya, penyebab berkeliaran nya harimau tersebut adalah karena populasi yang rusak dan ketersediaan bahan makanan berkurang.

\"Penyebab harimau keluar dari hutan karena populasinya rusak, daerah jajahannya berkurang, harimau itu cacat atau sakit, sudah tua atau tidak sanggup berburu secara alami, dan mencari daerah jajahan baru,’’ katanya.

Sementara itu, populasi Harimau Sumatera di Provinsi Jambi menurut Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jambi saat ini hanya tinggal 89 ekor saja. Kepala BKSDA Provinsi Jambi Tri Siswo Rahardjo saat dikonfirmasi via phone nya kemarin (12/3) mengatakan,  Harimau Sumatera di Provinsi Jambi itu , yang tersebar di beberapa titik.

‘’Ya tinggal  89 ekor, tersebar di beberapa daerah di Provinsi Jambi,’’ ujarnya.

Pengamat Ekologi Unja, Drs Asrizal Paiman MSi sendiri mensinyalir harimau yang selama ini meresahkan warga tersebut lebih dari satu. Karena wilayah teritorial satu harimau seluas 43 KM. Dan menurutnya, apabila harimau tersebut memiliki anak, maka sang anak memperluas wilayah kembali.

‘’Dengan melihat jauhnya perjalanan harimau dari Merlung hingga ke Perbatasan Sumsel, saya kira itu lebih dari satu harimau. Ada kemungkinan itu harimau dari wilayah hilir. Bisa jadi harimau yang dulu pernah ngamuk di perkebunan Makin,’’ tuturnya.

Harimau ini , katanya, makin terdesak habitatnya. Hal ini disebabkan manusia yang melakukan ekspansi perkebunan dan pemukiman. ‘’Padahal, harimau yang sering dijumpai tersebut memang berada di wilayah teritorial dia. Hanya saja sekarang sudah beralih fungsi jadi perkebunan misalnya,’’ tuturnya.

Menurutnya secara ekologis, harimau tidak dalam posisi berhadapan dengan manusia. Hanya saja, mungkin karena harimau terdesak, makanya sering menerkam manusia.

‘’Bisa jadi dalam pandangan harimau tersebut, manusia yang merusak habitatnya, makanya, dia menerkam manusia,’’ sebutnya.

(cr8)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: