Bawang Merah Kian Meroket
Capai Angka Rp 50 Ribu Perkilo
JAMBI- Harga bawang merah di pasaran kembali meroket. Berdasarkan keterangan dari pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jambi, kenaikannya mencapai 32 persen. Filda Defiarni, Kepala Bidang Perdagangan dalam Negeri menyebutkan, saat ini, harga bawang merah per kilo dipatok seharga Rp 50 ribu di pasaran.
Padahal, katanya lagi, sehari sebelumnya, harga bawang merah di pasaran hanya dipatok seharga Rp 38 ribu per kilonya. “Hari ini harga bawnag merah Rp 50 ribu. Ada kenaikan 32 persen dari kemarin yang hanya Rp 38 ribu untuk bawang merah,” sebutnya.
Dikatakannya, meroketnya harga bawang merah ini diakibatkan stok yang kian menipis. “Karena sentra bawang di Provinsi Jambi ada di Kabupaten Kerinci. Sementara produksinya itu dikirim ke Padang dan sebagian ke Jambi. Jadi harga tinggi. Selama ini stok bawang ini dari Brebes dan kita sama tahu kemarin daerah itu kebanjiran,” katanya.
Akan tetapi, sambungnya, berdasarkan informasi yang pihaknya terima dari kementrian perdagangan, bahwa dalam 2 minggu ke depan akan ada panen di Brebes. “Mudah-mudahan ada pasokan yang lebih dan harga kembali stabil,” ujarnya.
Sementara itu, untuk bawang putih sendiri, menurut laporan yang pihaknya terima, harga di pasaran saat ini masih stabil di angka Rp 38 ribu. Akan tetapi, persoalan stok bawang putih ini saat ini menjadi permasalah nasional. Bukan hanya menjadi persoalan di Provinsi Provinsi Jambi saja. “Menurut kementrian perdagangan, informasinya sudah ditanda tangani izin impor produk holtikultura dalam hal ini bawang putih. Dharapkan 2 minggu ke depan harga mulai stabil,” ujarnya.
Ditanya, mengapa harga bawang putih di Jambi ini relatif stabil. Padahal di daerah lain harga bawang putih ini per kilo sudah mencapai Rp 80 ribu per kilo? Diterangkannya, hal ini dikarenakan stok bawang putih di Jambi yang lama masih ada.
Akan tetapi, jelasnya, dia tidak bisa menjamin harganya tetap stabil dalam beberapa hari ke depan. Pasalnya, kondisi stok sendiri terus berkurang. Ditanya lagi, apakah bisa diperkirakan adanya stok itu karena ada aktifitas transaksi pasar gelap yang dilakukan di pelabuhan masyarakat? Dia tak bisa memastikannya. “Masukd ari pelabuhan gelap kami belum memantau juga. Jadi kami belum tahu juga,” tandasnya.
Ditanya berapa kebutuhan bawnag Jambi per hari, dia mengaku pihaknya tak memantaunya. “Biasanya yang dipantau, beras, daging, gula, minyak goreng itu yang dibuat perkiraan kebutuhannya. Kalau bawang tidak masuk. Namun ke depan sepertinya ini harus jadi pemikiran kebutuhan bawang di daerah berapa. Untuk pasokan kita sangat bergantung dengan daerah luar,” jelasnya.
Lalu, apakah ada kemungkinan di lakukan operasi pasar? Dia dengan tegas mengatakan tak ada kemungkinan. “Untuk bawang tak ada karena memang stoknya tak ada. Jadi tak dimungkinkan operasi pasar. Kita hanya bisa menunggu kapan impor dari pemerintah pusat saja,” tandasnya.
Sementara itu, Amrin Aziz, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jambi mengatakan, pemasok terbesar bawang ada di Thailan dan di India. Dia memperkirakan, adanya pasar gelap yang dilakukan di pelabuhan rakyat yang menyebabkan kondisi Jambi masih stabil untuk harg bawang ini.
“Sama dengan kedelai kemarin di Jakarta sudah Rp 8 ribu kita masih Rp 3 ribu. Jadi pelabuhan rakyat ini berfungsi sehingga masuk kesana. Apakah itu illegal, itu tak bisa kita katakan begitu, harus seleksi dulu. Harusnya karantina yang memeriksa dan sehingga terpantau. Tapi, stabilnya harga ini cukup menguntungkan kita, dengan kemungkinan adanya pasar gelap itu,” tukasnya.
Ditanya, apakah ada upaya untuk melakukan penambahan lahan? Dia mengatakan, ada upaya yang sudah dilakukan uji coba. “Kita coba di Jangkat, Kerinci dan Tanjab Barat. Namun karena Jangkat kemarin cuacanya ekstrim jadi produksinya tak bagus. Awalnya saat ditanam bagus. Namun dihantam panas jadi busuk daunnya ya dapat hasil hanya 8 sampai 10 ton,” tukasnya.
Dikatakannya juga, Provinsi Jambi memang iklimnya tak cocok jika akan dijadikan sebagai lahan sentra bawang ini. Akan tetapi, menurut dia, pihaknya akan terus berupaya untuk melakukan penanaman. “Di Jangkat itu terus dilakukan hanya saja iklimnya tak memungkinkan, namun diupayakan terus. Tanjab barat sudah mulai menanam. Sampai saat ini, baru 2 hektar kita pengembangan. Kita lihat perkembangan uji coba ini baru kita tahu bagaimana ke depan,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: