Tewas 62 Orang, Gerilyawan Dikenal Kebal

Tewas  62 Orang, Gerilyawan Dikenal Kebal

Mitos Dibalik Perang Malaysia – Gerilyawan Sulu

Peperangan antara pasukan gerilyawan Sulu melawan 10 ribu pasukan tentara Malaysia masih berlangsung. Hingga kemarin (19/3) dilaporkan 62 pihak kelompok Sulu tewas sedangkan di pihak Malaysia delapan polisi dan dua tentara tewas.  Apa saja mitos seputar itu ?

 

MENCARI  sumber informasi alternatif di Lahad Datu bukan perkara mudah. Masyarakat Malaysia tidak sebebas rakyat Indonesia dalam mengomentari sebuah perkara. Apalagi, ini soal genting, isu nasional, yang menjadi headline setiap hari di media Malaysia, baik koran maupun televisi.

 Jawa Pos baru bisa mendapat akses untuk menemui seorang tokoh penting di Lahad Datu pada 10 Maret lalu setelah tujuh hari berada di kota yang namanya diambil dari bahasa Suluk itu. Lahad berarti negeri atau tempat. Datu berarti keturunan bangsawan atau raja.

 \"Kota ini memang persinggahan para datuk sejak zaman masih dikuasai British North Company,\" kata tokoh yang namanya hanya mau ditulis sebagai \"Pakcik\" itu.

 Untuk menuju tempat pertemuan dengan Pakcik, Jawa Pos harus diputar-putar dengan berganti mobil. Perlu 48 jam sebelumnya untuk benar-benar meyakinkan Pakcik bahwa koran ini benar-benar ingin mewawancarai dan bukan bagian dari intelijen Malaysia.

 \"Kamu boleh rekam pembicaraan kita ini, tapi baru boleh tulis setelah kamu di Indonesia. Jika kamu masih di sini, kami tak bisa menjamin keselamatan kamu,\" katanya.

 Pakcik menolak identitasnya dijabarkan secara lengkap. \"Tulis saja, saya orang asli Malaysia yang lahir dan besar di Lahad Datu ini,\" tambahnya.

 Tentu, Pakcik bukan sembarang orang yang bisa ditemui di kedai kopi. Saking rawannya, kelompoknya melindungi aktivitas Pakcik sehingga tak jauh-jauh dari rumah. \"Saya di sini saja. Saya tak bisa temui kamu di kedai kopi, within 24 hours you pasti ditangkap polis,\" tegasnya.

 Lalu, dengan direkam, Pakcik mulai menceritakan kondisi Lahad Datu sebelum ada insiden masuknya gerilyawan Sulu. \"Di daerah Kampung Tanduo, Tanjung Batu, sudah marak sejak 1980-an aktivitas ilegal,\" ungkapnya.

 Dia menjelaskan, Tanduo adalah pintu masuk segala hal ilegal ke Sabah. \"Mulai orang tanpa permit (dokumen), minyak petrol (bensin), rokok, bahkan senjata,\" ujarnya.

 Tangannya lalu membentuk simbol angka empat. \"You sekarang pikir ya, di lautan itu ada polis marine (polisi air), ada custom (bea cukai), ada PGA (pasukan gerak am, semacam Brimob di Indonesia, Red), ada tentara laut, ke mana mereka kalau tidak karena ini?\" katanya sambil menunjukkan lembaran uang ringgit.

 Pakcik menyebut nama seorang imam yang sangat disegani di Kampung Tanduo. Imam itu kini tewas oleh Polis Diraja Malaysia. \"Padahal dari imam itu barang apa saja bisa didapatkan. Tak kurang penghasilan dia RM 400 ribu sebulan,\" ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: