Jangan Remehkan Urusan Non Akademis
Mulai Pensil dan Menulis Nama Serta Nomor Ujian
JAKARTA - Pelaksanaan ujian nasional (UN) 2013 semakin dekat. Siswa calon peserta ujian diminta tidak meremehkan urusan non akademis. Seperti penggunaan pensil, menjaga kebersian lembar jawaban komputer (LJK), hingga menulis data nama dan nomor ujian dengan tepat.
Kepala Badan Penelitidan dan Pengembangan (Kabalitbang) Kemendikbud Khairil Anwar Notodiputro mengatakan, secara umum semua proses pemindaian dilakukan secara digital. \"Karena itu kami berharap siswa peserta ujian tidak meremehkan pengisian data-data peserta ujian,\" tandasnya kemarin.
Guru besar Insititut Pertanian Bogor (IPB) itu menjelaskan, pemindaian LJK dilakukan di perguruan tinggi yang telah ditunjuk panitia ujian. Sejak siswa selesai mengerjakan ujian hingga LJK dikirim ke perguruan tinggi untuk dipindai, amplop LJK tidak boleh terbuka. Untuk itu panitia juga meminta seluruh guru pegawas ujian mengecek pengisian nama dan nomor ujian siswa. \"Siapa tahu ada yang belum terisi,\" katanya.
Potensi siswa gagal ujian gara-gara salah pengisian data diri menurut Khairil tetap ada. Namun panitia terus memperkecil potensi itu, dengan cara mengecek ulang setiap dokumen LJK yang tidak bisa dipindai secara digital. Panitia pemindaian nanti tetap berhak mengecek ulang, jika ada kesalahan pengisian nama dan nomor ujian.
\"Saya tegaskan yang boleh dikoreksi itu hanya pengisian nama dan nomor ujian saja. Itupun harus mengisi berkas acara,\" tandasnya. Pengisian berkas acara ini juga harus disaksikan oleh sejumlah panitia pemindaian lainnya.
Pemerhati pendidikan yang sering terlibat dalam pemindaian ujian Saufi Saunawati mengatakan, sering muncul kasus dobel pembulatan di LJK. \"Jika terjadi kasus dobel pembulatan, maka akan muncul tanda bintang di hasil pemindaian,\" katanya dalam diskusi dan simulasi pemindaian LJK UN Faber-Castell di Jakarta kemarin.
Perempuan yang pernah terlibat dalam pemindaian LJK di Provinsi Jawa Barat itu mengatakan, pada periode 2004 lalu muncul kasus gagal UN yang besar sekali. Di sebuah kabupaten di Jawa Barat angka ketidaklulusan UN hingga 6.200-an siswa. Ternyata setelah dicek manual, ada 927 LJK siswa yang dinyatakan tidak lulus gara-gara salah mengisi data ujian. \"Padahal nilainya bagus-bagus,\" katanya.
Saufi juga mengingatkan para siswa yang memiliki nama panjang sehingga harus disingkat. \"Kenapa disingkat, karena bulatan untuk pengisian nama terbatas,\" tandasnya. Saufi menuturkan jika harus pakai nama singkatan, harus sama terus untuk semua mata pelajaran yang di-UN-kan. Termasuk untuk nama-nama serapan yang rumit, harus tetap sama di semua mata pelajaran.
\"Tidak bolah hari pertama ditulis Mohammad terus di hari kedua Mochammad. Nanti gagal dipindai juga,\" tandasnya.
Dari pengalaman mengikuti kegiatan pemindaian, Saufi juga sering menemukan siswa usil. Siswa ini ada yang mencorat-coret bagian LJK yang harusnya tidak boleh ada coretan sedikitpun. Perhatian serius juga diarahkan kepada maraknya peredaran pensil 2B palsu menjelang ujian.
(wan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: