Maret, Inflasi Jambi 0,10 Persen
JAMBI-Badan Pusat Statistik (BPS) Jambi mencatat inflasi Kota Jambi di Maret 2013 mencapai 0,10 persen. Adapun inflasi terjadi pada lima kelompok barang dan jasa karena adanya kenaikan indeks kelompok bahan makanan sebesar 0,01 persen. Diantaranya, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,48 persen.
\"Untuk kelompok perumahan sebesar 0,11 persen, kelompok sandang 0,50 persen, pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,06 persen dan kelompok transpor komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,04 persen,\" terang Yos Rusdiyansah, Kepala BPS Jambi dihadapan para media, Senin (1/4).
Dikatakan Dia, laju inflasi kalender Kota Jambi bulan ini sebesar 2,08 persen, sedangkan laju inflasi tahun ke tahun sebesar 6,06 persen. Menurut Yos, saat ini inflasi Kota Jambi sudah diangka 1,98 persen, ini tentunya jadi perhatian semua pihak untuk menyikapi kenaikan inflasi tersebut. Karena lanjut Yos, tahun 2012 inflasi Kota Jambi masih sebesar 4,22 persen, masih berada dalam range sasaran inflasi nasional 4,5% ± 1.
\" Kita masih ada sisa 9 bulan lagi. Nanti bulan Juni ada tahun ajaran baru, September lebaran, Natal dan Tahun Baru, biasanya pada moment tersebut angka inflasi cukup tinggi. Mudah-mudahan angka inflasi Kota Jambi hingga akhir tahun 2013 masih stabil,\" tuturnya.
Inflasi Kota Jambi lanjut Yos disumbangkan berdasarkan kelompok pengeluaran seperti, kelompok bahan makanan sebesar 0,0001 persenm kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,0941 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,0225 persen. Kemudian kelompok sandang sebesar minus 0,0298 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,0000. Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,0030 persen serta kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,0060 persen.
Sedangkan berdasarkan jebis barang, bawah merah menjadi bahan pokok yang paling besar menyumbang inflasi sebesar 0,7428 persen, kemudian bawang putih 0,0964 persen. Sementara empat bahan pokok seperti daging ayam ras, beras, telur ayam ras dan cabe merah menjadi penghambat lajut inflasi.
\" Keempat bahan pokok ini harga turun, sehingga inflasi Kota Jambi sedikit terhambat,\" kata Yos.
Sementara itu, Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) yang terdiri atas Bank Indonesia Pusat, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Dalam Negeri serta Prof. Bustanul Arifin melakukan kunjungan ke Jambi. Kunjungan itu dalam rangka mengevaluasi kinerja Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi (FKPI) Provinsi Jambi, (28/3) lau di Kantor Gubernur Provinsi Jambi.
“Inflasi Jambi tahun 2012 sebesar 4,22%, berada dalam range sasaran inflasi nasional 4,5% ± 1, serta di bawah inflasi nasional 4,30%. Kunjungan ini bertujuan untuk mengetahui program-program pengendalian inflasi yang telah dilakukan provinsi Jambi untuk mencapai angka tersebut,” kata Arief Hartawan, Ketua rombongan dari Pokjanas TPID dari Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter, Kantor Pusat Bank Indonesia.
Haviz Husaini, Asisten II Setda Provinsi Jambi mengatakan, selama tahun 2012, FKPI Jambi telah melakukan beberapa program pengendalian inflasi. Pengendalian inflasi yang dilakukan bersifat jangka pendek melalui inspeksi pasar dan operasi pasar maupun jangka panjang dengan penguatan ketahanan pangan melalui pengembangan kampung pangan terpadu serta pengembangan sentra produksi pertanian terutama holtikultura.
Sebagai informasi, saat ini telah dibentuk TPID Provinsi Jambi dan Kota Jambi serta untuk memperkuat komitmen pengendalian inflasi, akan dibentuk TPID di kabupaten/kota. “Pengendalian inflasi membutuhkan koordinasi antar instansi, dan SKPD. Untuk itu, pada tahun 2013 ini, kami mengupayakan untuk menyelenggarakan rapat TPID bulanan secara rutin setelah angka inflasi dirilis oleh BPS,” lanjut Poltak Sitanggang, Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi Jambi.
Namun demikian, usaha pengendalian tersebut juga memiliki beberapa tantangan, salah satunya dalam pengembangan produktivitas pertanian di Jambi. Selama ini, masyarakat belum menjadikan pertanian sebagai suatu profesi, baru sebagai pekerjaan sampingan.
“Pertanian dianggap belum merupakan sebuah bisnis sehingga produktivitas masih terbatas,” ungkap Amrin Azis, Kadisperta Provinsi Jambi.
(zir)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: