Jatah BBM Tebo Dikurangi

Jatah BBM Tebo Dikurangi

MUARA TEBO – Keluhan dari masyarakat yang mengatakan sulitnya untuk mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium dan Solar di SPBU Rimbo Bujang karena diborong oleh pembeli dengan jumlah banyak dibantah oleh Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Tebo, Sindi kepada harian ini.

Dirinya mengatakan, adanya keluhan dari sebagian warga tersebut yang menyebutkan sulitnya mendapatkan BBM di SPBU bukanlah diakibatkan karena BBM tersedot ke mobil-mobil pribadi, melainkan karena stok BBM yang ada saat ini ada pengurangan dari pusat.

“Kelangkaan BBM dikarenakan adanya pengurangan BBM dari pusat,” ujar Sindi, kemarin.

Lanjutnya, BBM jenis solar pada tahun kemarin sekitar 16 ribu liter dan saat ini berkurang menjadi 10 ribu liter perharinya. Sedangkan premium, masih tetap 20 ribu liter perharinya untuk rata-rata SPBU yang ada di Tebo.

“Pengurangan menjadi 10 ribu liter sejak awal tahun, apalagi di SPBU Rimbo Bujang, keluhan dari warga boleh jadi karena mereka sulit mendapatkan BBM, tapi hal itu dikarenakan pengurangan jatah dari pusat,\" katanya lagi.

Dijelaskannya lagi, contoh di SPBU Rimbo Bujang yang sering terjadi antrian. Berdasarkan pantauan dari pihaknya, untuk mengatasi antrian tersebut pihaknya mengintruksikan dengan cara membuka SPBU sebanyak dua kali sehari.

Diakuinya, memang beberapa pekan ini banyak kendaraan roda empat yang antri BBM di SPBU Kecamatan Rimbo Bujang. Kendaraan tersebut, ternyata tidak hanya berasal dari Rimbo Bujang saja, melainkan banyak dari Kecamatan lain dan banyak juga dari wilayah bungo.

Namun demikian, ia tidak membantah jika memang telah terjadi antrian BBM. Untuk itu, dinas ESDM Tebo saat ini tengah mengatur strategi untuk mengatasi  hal tersebut di sejumlah SPBU yang ada di Tebo.

Sindi berharap, setiap SPBU harus memiliki trik dan kiat agar tidak terjadi antrian. Seperti membatasi jumlah pembelian kendaraan, hal itu agar warga yang lain dapat membeli juga.(rez/jenn)

 

a�6 Ua���� sesuai dengan data pedagang yang ada saat ini, ini dilakukan agar jangan sampai pedagang yang berhak tidak mendapatkan tempat usaha,’‘ jelasnya.

 

Soal adanya 1000 pedagang yang menolak? Menurut Fauzi Syam, pihaknya sudah melakukan survei pada 1. 258 pedagang di Pasar Angsoduo. Hasilnya, 71 persen bersedia direlokasi dan bersedia membayar retribusi. ‘‘18,5 persen menolak pindah dan sisanya tidak menjawab,’‘ ucapnya.

Diterangkannya juga, beberapa alasan pedagang tersebut tidak mau pindah diantaranya, pedagang merasa tidak ada jaminan mendapatkan tempat ketika direlokasi. ‘‘Ini langsung kita jawab, kita jamin mereka semua mendapat tempat. Inilah yang kita lakukan verifikasi,’‘ ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: