>

Tertekan Cukai, Bisnis Rokok Tetap Mengepul

Tertekan Cukai, Bisnis  Rokok Tetap Mengepul

 

JAKARTA-Industri rokok masih mampu tumbuh progresif kendati terus menghadapi tekanan kebijakan cukai yang meningkat setiap tahunnya. Hal ini terlihat dari hasil pendapatan empat emiten rokok sepanjang triwulan pertama tahun ini yang mencapai Rp 33,07 triliun. Kinerja tersebut tumbuh 13,46 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy) sebesar Rp 29,14 triliun.

       Sekretaris Perusahaan PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) Surjanto Yasaputra tak menampik bahwa kebijakan cukai merupakan beban terbesar dalam komponen produksi rokoknya. Rata-rata, pita cukai rokok meningkat antara 4-6 persen per tahun. \"Cukai setidaknya menyumbang 60 persen beban produksi. Sangat besar jika dibandingkan komponen BBM atau bahan baku sekalipun,\" ungkapnya dalam pemaparan kinerja penjualan rokok kuartal pertama 2013 kemarin (20/5).

       Tingginya porsi cukai tersebut, tak pelak mendorong perseroan menerapkan strategi antisipasi supaya tak berdampak pada pemangkasan margin usaha. Salah satu caranya dengan membebankan biaya peningkatan cukai ke konsumen melalui kenaikan harga penjualan di kisaran 10-12 persen per tahun. \"Namun kenaikan ini bertahap. Jika tidak begitu, konsumen tidak mampu menyerapnya,\" paparnya. Ia melanjutkan, dengan peningkatan harga rokok tersebut, perseroan berharap dapat mempertahankan margin di kisaran 28-30 persen setiap tahunnya.

       Terbukti melalui penjagaan profit, perusahaan rokok premium yang berbasis di Surabaya, Jawa Timur ini mampu membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 210 persen (yoy) menjadi Rp 47 miliar pada triwulan pertama tahun ini. Naiknya laba tersebut merupakan dorongan kinerja penjualan rokok yang tak terpengaruh dengan naiknya harga jual. \"Penjualan kami tetap positif di angka Rp 417 miliar pada tiga bulan pertama ini, atau naik 78,7 persen dari 2012 yang hanya Rp 233 miliar,\" jelasnya.

       Proyeksi industri rokok yang tetap moncer pada tahun ini memicu Wismilak mematok target yang cukup signifikan sepanjang tahun. Surjanto menyebutkan, Wismilak akan memacu produksi hingga 2,6 miliar batang, dengan total target penjualan sebesar Rp 1,6 triliun. Perolehan laba pun direncanakan mampu menembus angka Rp 128 miliar. \"Dengan begitu market share perusahaan akan kami pertahankan di posisi satu persen dari total industri 300 miliar batang tahun lalu. Kami akan tingkatkan pemasaran rokok premium di Sumatera dan Jawa,\" paparnya.\"

       Di sisi lain, Corporate Secretary PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) Maharani Subandhy menjelaskan, perseroan awal tahun ini berperforma baik lantaran didukung pengurangan nilai liabilitas yang salah satunya disebabkan penurunan utang cukai. \"Liabilitas perseroan per Maret 2013 turun 27,1 persen atau sebesar Rp 3,5 triliun. Penurunan utang cukai kami sebesar Rp 1 triliun,\" jelasnya pada keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI).

       Sementara itu, analis riset PT Trust Securities Yusuf Nugraha mengatakan, pergerakan saham emiten tahun ini diprediksi akan tetap aktraktif. Hal ini merupakan imbas positif dari konsumsi rokok yang meningkat setiap tahunnya.Merujuk data Gabungan Perserikatan Produsen Rokok Indonesia, konsumsi rokok Indonesia sepanjang 2012 mencapai 270 miliar batang, atau naik 8,87 persen (yoy). Nilai laju pertumbuhan industri rokok (CAGR/compound annual growth rate) juga terus naik rata-rata sebesar 7,21 persen selama lima tahun terakhir. \"Pasar rokok yang sejatinya masih mendukung pertumbuhan industri, dapat menjadi momentum emiten untuk menggenjot kinerja perseroan,\" jelasnya.\"

       Kendati demikian, Yusuf menerangkan, ada beberapa langkah yang harus dilakukan emiten rokok supaya dapat mempertahankan laju kinerjanya. Salah satunya yang tak bisa dihindari adalah penerapan strategi kenaikan harga jual rokok. \"Setidaknya persentase kenaikan mencapai dua digit harus ditempuh, untuk mendongkrak penjualan pada tahun 2013. Tekanan dari pemerintah seperti kenaikan tarif cukai rokok diakui sangat berpengaruh,\" jelasnya.\"

(gal/sof)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: