Gas 3 Kg yang Kini Kian Langka di Kota Jambi

Gas 3 Kg yang Kini Kian Langka di Kota Jambi

Jumlah Tabung Tak Memadai, Pemprov Akui Pengawasan Lemah

KEBERADAAN gas 3 kg hingga saat ini kian sulit untuk didapatkan. Belum diketahui apa penyebabnya. Namun pemerintah Provinsi Jambi mengakui jika memang pengawasan peredaran gas 3 kg ini masih lemah.

 

WISMAN WAZIR

 

GAS 3 kg pada awalnya banyak mendapatkan penolakan dari masyarakat saat adanya program konversi minyak tanah ke gas 3 kg. saat itu, masyarakat banyak menolak konversi ini karena banyaknya takut dengan banyaknya kejadian di tengah masyarakat. Yakni, tabung gas 3 kg meledak sehingga menimbulkan kerugian.

                Padahal, Pertamina saat itu sudah menyiapkan tabung untuk program konversi minyak tanah ke gas ini bagi rumah tangga sasaran kurang lebih sebanyak 83 ribu tabung. Namun, setelah program bergulir, gas 3 kg ini seperti menjadi primadona.

                Berbagai usaha kecil menengah banyak menggunakan gas 3 kg ini  untuk kepentingan usahanya. Sehingga, menyebabkan gas 3 kg ini kian langka. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi mengakui adanya kelemahan dalam pengawasan pendistribusian gas 3 kg. Ini juga diyakini menyebabkan terjadinya kelangkaan gas 3 kg ini.

Hal ini diakui oleh Kepala Biro Ekonomi Pembangunan dan SDA kepada harian ini belum lama ini. Diakuinya, pihaknya telah melakukan pertemuan dengan beberapa pihak terkait. Seperti, Pertamina, Hiswana Migas dan pihak terkait lainnya untuk menyikapi gas yang langka sekarang. 

\"Kita tahu pengawasan terhadap pendistribusian gas itu sendiri kurang. Gas yang semestinya diperuntukkan bagi keluarga miskin sering kali distribusinya tak sesuai sasaran dan dijual bebas. Artinya pengawasan tak maksimal sehingga terjadi kelangkaan dan distribusi yang tak sesuai pada masyarakat sasarannya,\" katanya.

Dikatakannya, hingga saat ini, bisa ditemui banyak sekali tempat-tempat berjualan bakso dan warung besar ada yang menggunakan gas 3 kg. Padahal, katanya, gas itu diperuntukkan bagi masyarakat miskin. \"Harusnya mereka menggunakan yang non subsidi. Ini salah pemerintah, agen, hiswana migas, pertamina juga dan pihak keamanan,\" jelasnya.

Disamping itu, banyaknya masyarakat yang menggunakan gas 3 kg ini juga membuat langkanya gas tersebut di pasaran. Pasalnya, kebutuhan masyarakat tak dibarengi dengan keberadaan tabung yang memadai. 

\"Dulu yang 3 kg itu kan tak semua mau memakainya, sekarang malah berebutan mau pakai yang 3 kg. Ya jadinya konversi minyak ke gas 3 kg ini tak dibarengi kesiapan tabung sendiri. Dengan konversi minyak tanah ke gas kan harusnya yang dulunya pangkalan minyak tanah ya itu yg jadi pangkalan gas. Tpi nyatanya di lapangan beda,\" pungkasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: