>

Meng-Indonesia-Kan Jambi

Meng-Indonesia-Kan Jambi

(Catatan dari Puncak Pertemuan Pemred se Indonesia di Nusa Dua, Bali)

Oleh: Mohd Haramen

MENGIKUTI Pertemuan pemimpin redaksi (Pemred) se Indonesia di Nusa Dua, Bali, 13-14 Juni 2013, ada perasaan miris di hati ini. Mengapa tidak ? Banyak warga negara Indonesia yang belum mengenal Jambi. Ketika disebut nama Jambi, selalu persepsi mereka Palembang. Mulai dari sopir taksi hingga jajaran Pemred yang ikut pertemuan. Betapa tidak populisnya daerah ini ?  Padahal, sudah lebih setengah abad Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah ini berdiri. Tapi belum bisa meng-Indonesia. Kalau bicara prestasi, rasanya sudah sering daerah ini mendapat penghargaan nasional. Bahkan baru-baru ini, Gubernur mendapatkan penghargaan terbaik pertama penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) dari Presiden RI, SBY. Lantas, saya berpikir sepertinya ada yang salah dengan manajemen daerah ini. Sehingga brand-nya tidak bisa mengglobal.

Padahal, di era otonomi, berbagai daerah di Indonesia merumuskan  Brand sebagai cara untuk mendeferensiasikan dengan daerah lain. Brand digunakan sebagai sarana promosi untuk meraih keunggulan bersaing baik tingkat lokal, regional bahkan internasional. Secara umum sasaran  branding adalah mempromosikan potensi daerah terhadap daya tarik di bidang perdagangan, pariwista dan investasi.  Dalam hal ini Jambi tidak memiliki brand tersebut.  Padahal brand ini penting untuk mengglobalkan daerah ini.  Seperti Jogja memiliki brand Jogja Never Ending Asia.

Catatan lain dari pertemuan Pemred tersebut, dimana pertemuan itu menyadarkan saya betapa indahnya ke-Bhineka-an itu. Pemred yang berasal dari beragam media, memiliki visi berbeda berkomitmen bersama mendorong terwujudnya Indonesia Perkasa.

Yah, perkasa tersebut jangan langsung dipersepsikan negatif gara-gara  Pemred yang hadir  dihadiahi kondom. Tapi perkasa yang dimaksudkan disini yakni perkasa dalam arti luas. Para Pemred mendorong, Indonesia ini perkasa ekonomi-nya, perkasa infrastrukturnya dan perkasa pangannya serta terakhir perkasa medianya.

Komitmen dalam mendorong terwujudnya ke-perkasaan tersebut, terangkum dalam diktum komitmen Nusa Dua. Komitmen ini  dibacakan Suryopratomo, perwakilan forum Pemred di hadapan SBY saat penutupan acara itu. 

Dibaca sekilas, komitmen ini sepertinya angin segar bagi pemerintah. Artinya, dalam memajukan ekonomi bangsa ini, pemerintah mendapat dukungan penuh media. Selama ini media yang berada dalam posisi mengkritik, ada kemungkinan kedepan akan berkawan.

Hanya saja, Ketua Forum Pemred, Wahyu Muryadi saat penutupan dengan lantang membantah persepsi itu. Disebutkannya, Pemred merupakan orang independen yang terbebas dari intervensi dari pihak manapun termasuk owner. Ini untuk menjaga profesionalitas wartawan dan kredibilitas media itu sendiri.

Bahkan dia menyebutkan, forum Pemred menolak uang APBN, APBD dan sumber-sumber uang haram lainnya. Jika komitmen ini betul-betul ditegakkan, media tentunya juga akan perkasa. Lantas bagaimanakah pemred media di Jambi bersikap ?

Jambi sebagai daerah yang juga memiliki banyak media dengan Pemred beragam,  patutlah mengadopsi komitmen Pemred di Nusa Dua. Karena, mengokohkan perekonomian nasional, pertumbuhan ekonomi di tingkat lokal juga perlu dijaga. Bagaimana mungkin perekonomian nasional akan perkasa, bila ekonomi lokal rontok.

Catatan penulis tahun 2012, ekonomi Jambi tumbuh sekitar 7,4 persen. Di tahun 2013 ini, diproyeksikan pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 7,3-7,5 persen. Ini pekerjaan kita bersama. Karena tanpa kemajuan ekonomi, media juga akan sulit berkembang.

Demikian juga dengan kemajuan infrastruktur, harus terus menerus kita dorong. Ini juga untuk mengamankan distribusi pangan ke Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah ini. Jika distribusi pangan lancar, harga juga terjangkau. Bila harga terjangkau, kemakmuran rakyat terjamin. Rakyat makmur, mediapun turut sejahtera.

Terkait ketahanan pangan, peran media juga sangat penting. Dalam hal ini media bisa menekan pemerintah untuk menyetop alih fungsi lahan. Karena banyaknya alih fungsi lahan inilah yang menjadi biang kerok rontoknya ketahanan pangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: